My Menus

Apr 2, 2015

Makalah Ruang Lingkup Aqidah

MAKALAH AQIDAH AKHLAK
"RUANG LINGKUP AQIDAH"


DI SUSUN OLEH:
SAMSUL BAHRI
20700113033


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Pokok dari segala pokok akidah adalah beriman kepada Allah SWT yang berpusat pada pengakuan terhadap eksistensi dan kemahaesaan-Nya. Keimanan kepada Allah ini merupakan keimanan yang menduduki peringkat pertama. Dari situ dengan sendirinya akan lahir keimanan pokok – pokok (rukun) iman yang lain. Sepanjang seorang itu beriman kepada Allah, niscaya ia akan beriman kepada para malaikat, kitab suci, para rasul, hari kiamat, ketentuan baik dan buruk sebab rukun iman yang disebutkan belakangan merupakan cabang dari keimanan kepada Allah ini.
 

Pengakuan terhadap kemahaesaan itu, Esa dalam segala-galanya, dan Esa dalam Dzat-Nya. Artinya tidak ada persamaannya dalam seluruh zat yang dikenal dalam ilmu fisika. Dia Maha Esa dalam sifat-sifatnya. Dia Maha Esa dalam wujud-Nya, artinya hanya Allah sajalah yang wajibul wujud, sedangkan yang lainnya hanyalah mumkinul wujud. Dia Maha Esa dalam menerima ibadah,mendengar doa manusia dan permohonan manusia untuk menyampaikan maksud dan kehendaknya. Dia Maha Esa dalam memberi hukum, artinya Dia-lah Pemberi Hukum Tertinggi. Dia tidak berserikat dengan sesuatu. Oleh karena itu, kalimat pengakuan Islam adalah La Ilaha Ilallah ( tidak ada Tuhan selain Allah).
 

Pengetahuan tentang keesaan Allah itu disebut ilmu tauhid. Mempelajari ilmu tauhid itu wajib bagi setiap muslim, sebagaimana firman Allah tentang perintah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya bertauhid dalam Q.S. Al-Ikhlash : 1-4

Terjemahan:
Katakanlah “Dia-lah Allah yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu(2) Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan(3) Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4)”.
Dengan demikian, untuk mengetahui ruang lingkup akidah, kami mengemukakan dan membahas makalah tentang ruang lingkup akidah khususnya Iman kepada Allah SWT, Iman kepada Malaikat dan Iman kepada Kitab-kitab.


B.Rumusun Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam makalah ini yaitu:
1.Bagaimana akidah Islam tentang beriman kepada Allah SWT ?
2.Bagaimana akidah Islam tentang beriman kepada para Malaikat?
3.Bagaimana akidah Islam tentang beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.Iman Kepada Allah
1.Tauhidullah
Esensi iman kepada Allah SWT. adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam Dzat, asma’ was-shiffaat, maupun af’al (perbuatan)-Nya. 
Secara sederhana Tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu: pertama Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya Rabb), kedua Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya Malik), ketiga Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya Ilah).

Penyederhanaan kedalam tiga tingkatan di atas didasarkan kepada firman Allah SWT dlm Q.S Al-Fatihah 1 :2 & 4           
Terjemahan:

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (2).
Terjemahan:

“Yang menguasai hari pembalasan” (4).
 

a.Tauhid Rububiyah
Secara etimologis kata “Rabb” sebenarnya mempunyai banyak arti, antara lain menumbuhkan, mengembangkan, mendidik, memelihara, memperbaiki, menanggung, mengumpulkan, mempersiapkan, memimpin, mengepalai, menyelesaikan suatu perkara memiliki dan lain-lain. Dengan pengertian di atas ayat Allah SWT: “Alhamdu lillahi rabbil’ alamin” bisa dipahami bahwa segala puji hanyalah untuk Allah Yang Mencipta, Memberi rezki, Memelihara, Mengelola dan Memiliki alam semesta.   
 

b.Tauhid Mulkiyah
Kata Malik yang berarti raja dan malik yang berarti memiliki, berakar dari akar kata yang sama yaitu ma-la-ka. Dalam pengertian bahasa seperti ini, Allah SWT. sebagai Rabb yang memiliki alam semesta (al-‘alamin) adalah Raja dari alam semesta tersebut, Dia bisa dan bebas melakukan apa saja yang di kehendakinya terhadap alam semesta tesebut. Dalam hal ini Allah swt adalah Malik (raja) dan alam semesta adalah Mamluk  (yang memiliki atau hamba). 
Banyak ditemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah swt adalah pemilik dan raja langit dan bumi dan seluruh isinya, antara lain dalam Q.S. Al-Baqarah 2: 107

 
Terjemahan:
“Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.”(107).
Bila manusia mengimani bahwa Allah SWT. adalah satu-satunya raja yang menguasai alam semesta (bumi, langit, dan seluruh isinya) maka minimal harus mengakui bahwa Allah SWT. adalah pemimpin (wali), penguasa yang menentukan (hakim) dan yang menjadi tujuan (ghayah). Hal itu logis sebagai konsekuensi dari pengakuan bahwa Allah swt adalah raja.  


Ringkasnya tauhid mulkiyah adalah mengimani Allah SWT. sebagai satu- satunya malik  yang mencakup pengertian sebagai wali, hakim, dan ghayah. 

c.Tauhid Ilahiyah
Kata Ilah berakar dari kata a-la-ha (alif-lam-ha) yang mempunyai arti antara lain tenteram, tenang, lindungan, cinta, dan sembah (‘abada). Semua kata-kata ini relevan dengan sifat-sifat dan kekhususan dzat Allah SWT. seperti dinyatakan dalam Q.S. Ar-Ra’d 13:28 

Terjemahan:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Diantara makna Ilah di atas maka yang paling asasi adalah makna ‘abada(‘ain-ba-dal) yang mempunyai beberapa arti, antara lain: hamba sahaya(‘abdun), patuh dan tunduk (‘ibadah), yang mulia dan agung ( al-ma’bad), selalu mengikutinya (‘abada bih). Jika arti kata-kata ini diurutkan maka dia menjadi susunan kata yang sangat logis yaitu: bila seseorang menghambakan diri terhadap seseorang, maka ia akan mengikutinya, mengagumkannya, memuliakannya, mematuhi dan tunduk kepadanya serta bersedia    mengorbankan
kemerdekaannya. Dalam konteks ini “ al-ma’bud “ berarti yang memiliki, yang dipatuhi, dan yang diagungkan. Jadi tauhid ilahiyah adalah mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya Al-Ma’bud (yang disembah).
 

2.Metode Pembuktian Adanya Allah
Untuk membuktikan adanya Allah, Al-Qur’an menunjukkan suatu metode, yakni dengan menyelidiki hakikat kejadian manusia dan alam sekitar. Dalam membuktikan wujud Allah, Ibn Rusyd, seorang filosof muslim, memberikan dua cara:
 

Pertama, dalil al-inayah, intinya bahwa sesungguhnya kesempurnaan struktur susunan alam semesta ini menunjukkan adanya suatu tujuan tertentu pada alam. Tidaklah mungkin alam semesta yang dilihat itu terjadi secara kebetulan, tetapi pasti telah ditentukan tujuannya, bahwa alam adalah natijah dari hikmah ketuhanan yang sangat mendalam.

Kedua, dalil ikhtira’, intinya bahwa yang ada (maujud) yang dilihat adalah makhluk (dijadikan), terutama pada makhluk hidup, manusia sangat lemah untuk menciptakan walaupun hanya seekor binatang kecil.
Dalil tersebut memberikan bukti bahwa adanya alam semesta ini memberikan bukti keberadaan Tuhan yang telah menciptakan alam semesta tersebut. Oleh karena itu, Al-Qur’an banyak menyeru kepada manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta dengan segala isinya.

3.Sifat-Sifat Allah
Sifat – sifat Allah yang paling dikenal ada delapan, yaitu:
a.Al-‘Alim artinya Allah mengetahui segala sesuatu.
b.Al-Qadir artinya Dia yang berkuasa atas segala sesuatu.
c.Al-Hayy artinya yang hidup adalah setiap yang mengetahui dan berkuasa
d.Al-murid artinya Dia pemilik kehendak dan tidak ada yang memaksa-Nya atas sesuatu dalam pekerjaan-Nya.
e.Al-mudrik artinya Dia Maha mengetahui segala sesuatu.
f.Al-Qadim al Azaly artinya Dia abadi dan wujud-Nya tiada permulaan dan tiada akhir, karena wujud-Nya bersumber dari Dzat-Nya.
g.Al-Mutakallim artinya Dia kuasa membuat gelombang suara lalu berbicara dengan para Nabi. Ini tidak berarti Dia memiliki lisan, bibir dan kerongkongan.
h.Al-Shadiq artinya apa yang Dia katakan adalah kebenaran yang sebesar-besarnya dan realita yang ada.
 
B.Iman Kepada Malaikat
Kata malaikat merupakan jamak dari kata Arab malak yang berarti kekuatan. Jadi, malaikat adalah kekuatan – kekuatan yang patuh pada ketentuan dan perintah Allah SWT.
 
Iman kepada malaikat maksudnya meyakini adanya malaikat walaupun  tidak dapat melihat mereka, dan meyakini bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka dulunya menampakkan wujudnya kepada Nabi dan Rasul dalam bentuk manusia laki-laki. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya. Mereka tak pernah berdosa. Tak seorangpun mengetahui jumlah pasti dari malaikat. Hanya Allah saja  yang mengetahui jumlahnya.
 

1.Sifat-Sifat Malaikat
Menurut ketetapan Al-Qur’an, malaikat-malaikat itu adalah alam gaib, bukan alam benda. Sifat dan keadaan malaikta itu anatara lain:
a.Diciptakan dari nur (cahaya). Seperti yang diberitakan dalam sebuah hadis  “ Malaikat-malaikat itu dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua.” (H.R. Muslim)
b.Taat dan berbakti kepada Allah, apapun yang diperintahkan-Nya selalu dikerjakan.
c.Dapat menjelma atau berubah bentuknya, seperti manusia.
d.Selalu bersujud kepada Allah.
e.Senantiasa bertasbih, menyucikan Allah.
f.Tidak merasa letih untuk menyembah Allah.
g.Tidak sombong (takabur).
h.Member salam kepada ahli surga.
i.Memohon ampunan untuk orang-orang beriman.
j.Malaikat tidak berjenis laki-laki atau permpuan.
k.Tidak memiliki hawa nafsu, tidak makan, minum, tidur.
l.Tidak mati sebelum datangnya kiamat.

2.Nama dan Tugas Malaikat
Jumlah malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan. Sesama mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun tugas, pangkat dan kedudukan. Dalam surat Fathir ayat 1 disebutkan bahwa ada Malaikat yang bersayap dua,tiga dan empat:  
Terjemahan:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Q.S Fathir :1)
 
Perbedaan jumlah sayap tersebut bisa saja berarti perbedaan kedudukan, pangkat atau perbedaan kemampuan dan kecepatan dalam menjalankan tugas. Sedangkan bagaimana bentuk saya Malaikat tersebut tentu saja kita tidak bisa mengetahuinya dan memang tidak perlu berusaha untuk menyelidikinya karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya Malaikat adalah makhluk gaib yang hakekatnya hanya Allah SWT  yang mengetahuinya.
 
Karena sangat banyaknya, tidak ada yang mengetahui jumlah malaikat seluruhnya, kecuali Allah sendiri yang mengetahinya. Namun dari sekian banyak malaikat, ada sepuluh malaikat yang harus diketahui sehubungan dengan tugas – tugas mereka. Kesepuluh malaikat yang wajib diketahui tersebut adalah:
a.Malaikat Jibril, disebut juga Ruhul Qudus atau Ruhul Amin. Ia merupakan kepala para malaikat yang mempunyai tugas menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rasul sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw.
b.Malaikat Mikail, bertugas mengatur dan menyampaikan rezeki kepada seluruh makhluk Allah, termasuk juga mengatur hujan, angin, dan bintang-bintang.
c.Malaikat Israfil, tugasnya adalah meniup sangkakala (terompet) disaat manusia dibangkitkan dari kubur.
d.Malaikat Izrail, bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk termasuk malaikat, manusia, jin, dan nyawanya sendiri.
e.Malaikat Raqib, tugasnya mencatat amal kebaikan yang dilakukan manusia sejak aqil balig selama hidupnya.
f.Malaikat Atid, tugasnya mencatat amal kejahatan manusia selama hidupnya.
g.Malaikat Munkar, tugasnya meMenurut Slameto proses ini berarti mennjaga alam kubur, sekaligus sebagai penanya kepada manusia di alam kubur.
h.Malaikat Nakir, tugasnya sama dengan Malaikat Munkar menanyakan manusia tentang 6 pokok permasalahan, yakni Tuhan,Agama, Nabi/Rasul, Kitab, Kiblat dan teman (saudara).
i.malaikat Malik, tugasnya menjaga pintu neraka tempat manusia menerima azab (siksa) karena kedurhakaanya (kejahatannya).
j.Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga pintu surge tempat hamba Allah menerima balasan ketakwaannya.
 
C.Iman Kepada Kitab-Kitab 
Sebagai kelanjutan iman kepada malaikat, sebagai penghubung risalat ketuhanan kepada manusia ialah iman kepada isi risalat yang dibawa oleh malaikat kepada Rasul-rasul, untuk disampaikan kepada umum manusia. Risalat – risalat itu ialah kitab-kitab suci yang turun dari langit, mengandung ajaran Allah di bidang akidah, ibadat dan pokok – pokok halal dan haram. Karena itu islam menuntut supaya manusia iman kepada seluruh Kitab suci baik yang turun kepada Nabi Muhammad atau kepada nabi-nabi sebelumnya. Tidak ada keimanan tanpa percaya kepada Kitab-kitab suci.
 
Secara etimologis kata kitab adalah bentuk mashdar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis. Setelah jadi mashdar berarti tulisan, atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari kitab adalah kutub. 
 
Namun, yang dimaksud disini adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai pedoman hidupnya. Adapun shuhuf (lembaran-lembaran) adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi tidak wajib disampaikan atau di ajarkan kepada manusia.
 
Adapun jumlahnya tidak ada yang mengetahui karena Allah sendiri yang mengetahui jumlah yang sebenarnya. Mengimani kitab-kitabNya merupakan rukun iman yang ketiga. Allah menurunkan kitab-kitab tersebut agar digunakan sebagai  pedoman atau pembimbing bagi seluruh umat manusia menuju jalan hidup yang benar dan diridhai Allah SWT, yaitu kebahagiaan serta keselamatan dunia an akhirat.
 
Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul-Nya yang wajib diketahui oleh umat islam, adalah:
1.Kitab Taurat 
Kitab Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s pada kira-kira abad ke 12 SM di daerah Israil dan Mesir. Kitab taurat ini diturunkan dalam bahasa Ibrani. Isi pokok ajarannya adalah sepuluh firman Allah, yaitu:
a.Keharusan mengakui keesaan Allah.
b.Larangan menyembah patung dan berhala
c.Larangan menyebut Tuhan Allah SWT  dengan sia-sia.
d.Memuliakan hari sabtu.
e.Menghormati ayah ibu.
f.Larangan membununuh sesama manusia.
g.Larangan berbuat zina.
h.Larangan mencuri.
i.Larangan menjadi saksi palsu.
j.Larangan berkeinginan memiliki hak orang lain.
 
2.Kitab Zabur 
Kitab zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s pada kira-kira abad ke 10 SM di daerah Israil. Isi pokok kitab Zabur anatara lain, Mazmur 146:
a.Besarkan olehmu akan Allah. Hai jiwaku pujilah Allah
b.Maka aku akan memuji Allah seumur hidupku dan aku akan menyanyikan puji-pujian kepada Tuhanku selama aku ada.
c.Janganlah  kamu percaya kepada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada mempunyai pertolongan
 
3.Kita Injil
Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa a.s. di daerah Yerussalem pada permulaan abad pertama. Kata Injil berasal dari bahasa Ibrani yang artinya kabar gembira, maksudnya berita akan datangnya utusan Allah, Muhammad SAW untuk seluruh alam.
 
Kitab injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata, yaitu perintah – perintah Allah SWT, kepada umat manusia untuk memahasucikan Allah serta melarang menyekutukannya dengan benda atau makhluk lainnya.

4.Al-Qur’an
Kitab Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Nabi  Muhammad SAW, di daerah Mekah dan di Madinah pada abad ke 6M. kandungan pokok Al-Qur’an menurut ulama Al-Azhar, adalah:
a.Akidah
b.Akhlak
c.Dorongan dan bimbingan akan hikmah-hikmah alami.
d.Kisah-kisah umat terdahulu
e.Janji baik serta ancaman buruk yang dating dari Allah
f.Hukum – hukum ibadah dan muamalah
Selain menurunkan kitab-kitab tersebut diatas, Allah juga menurunkan shuhuf (lembaran) kepada para nabi terdahulu, yakni:
1.Nabi Adam a.s. menerima 10 shuhuf
2.Nabi Syits a.s. menerima 50 shuhuf
3.Nabi Idris menerima 30 shuhuf
4.Nabi Ibrahim a.s. menerima 10 shuhuf
5.Nabi Musa a.s menerima 10 shuhuf
BAB II 
KESIMPULAN
Esensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam zat, asma’ was-shiffaat, maupun af’al (perbuatan)-Nya.
 
Secara sederhana Tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu: pertama Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb), kedua Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Malik), ketiga Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Ilah).
Kata malaikat merupakan jamak dari kata Arab malak yang berarti kekuatan. Jadi, malaikat adalah kekuatan – kekuatan yang patu pada ketentuan dan perintah Allah SWT.
 
Iman kepada malaikat maksudnya meyakini adanya malaikat walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan meyakini bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka dulunya menampakkan wujudnya kepada Nabi dan Rasul dalam bentuk manusia laki-laki. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya.
 
Secara etimologis kata kitab adalah bentuk mashdar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis. Setelah jadi mashdar berarti tulisan, atau yang ditulis. Bentuk jama’ dari kitab adalah kutub.
Namun, yang dimaksud disini adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai pedoman hidupnya. Adapun shuhuf (lembaran-lembaran) adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi tidak wajib disampaikan atau di ajarkan kepada manusia.


DAFTAR PUSTAKA
Alihbasa. Akidah dan Syariah Islam. CetIII; Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam. Cet.VIII; Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,2004.
Kusnadi. Akidah Islam dalam Konteks Ilmiah Populer. CetI;Jakarta: Amzah,2007.
Makarim, Nasir. Mendalami Dasar-Dasar Akidah Islam. Cet. I; RajaGrafindo Persada,1997.
Rozak, Abdul. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2014.

No comments:

Post a Comment