My Menus

Apr 23, 2015

Makalah Teori B.F Skinner


MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
"TEORI B.F. SKINNER"



DI SUSUN OLEH:
SAMSUL BAHRI
20700113033

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014


BAB II
PEMBAHASAN
A.Biografi B.F. Skinner
Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, Pensylvania, Amerika Serikat. Ayahnya adalah seorang pengacara yang menjadi General Counsel di sebuah perusahaan batu bara besar, dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang cerdas. Dia dididik oleh orang tuanya dengan didikan model kuno dan disiplin.

Skinner merupakan anak yang kreatif, ia banyak menghasilkan waktu untuk merancang dan membuat berbagai alat permainan seperti gerobak, sumpit, layang-layang dan model-model pesawat terbang. Skinner tumbuh dalam keluarga yang hangat dan harmonis. Ia pun mengenang masa kanak-kanaknya sebagai kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam kedisiplinan.

Skinner lebih suka hidup di luar rumah, ia pun sangat menikmati sekolahnya dan menciptakan sesuatu. Dalam hidupnya pernah terjadi suatu tragedi, yaitu saudara laki-lakinya meninggal dunia pada usia 1 tahun, karena pembengkakan pembuluh darah pada otak.

Skinner ingin sekali menjadi seorang penulis dan ia pun mencobanya dengan mengarang lalu mengirim puisi dan cerita pendek. Skinner terus saja menulis dan selalu berkarya sampai akhir hayatnya. Dan Skinner pun meninggal pada tanggal 18 Agustus 1990, karena Leukimia. Ia telah berhasil menjadi seorang tokoh psikologi yang paling terkenal sejak Sigmund Freud.

Skinner kecil adalah seorang anak yang selalu aktif. Sehingga ia pun tetap aktif ketika beranjak remaja. Keinginannya untuk menjadi seorang penulis membuat ia selalu berkarya melalui tulisan. Selama menuntut ilmu di sekolah menengah, ia didorong oleh guru bahasa Inggrisnya agar mengambil jurusan sastra di perguruan tinggi. Di sekolah menengah, Skinner berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara antara lain dengan membuat iklan pertunjukan¬pertunjukan, bermain jazz band dan bersama temannya mengorganisasi pertunjukan musik. Setelah lulus dari sekolah menengah, ia pun melanjutkan belajarnya di Hamilton College, di dekat Uthica. Pada masa itu ia menunjukkan minat seni dan intelektual yang besar pada seni sastra. Di Hamilton College, Skinner menjadi editor surat kabar mahasiswa sastra, menulis puisi, berlatih musik, menjadi pelukis dan permain saksofon.

Setelah lulus dari Hamilton College tahun 1926, Skinner ingin menjadi seorang penulis. Tetapi ayahnya tetap saja melarang dan menganjurkan untuk meninggalkan karir potensial ini. Skinner muda tetap saja tidak menghiraukan ayah dan kemudian ia menghabiskan waktu satu tahun untuk menulis cerita fiksi di Greenwich Village, tempat berkumpulnya para sastrawan di New York. Namun masa ini tidak produktif, kemudian Skinner berhenti menulis dan mengikuti kuliah psikologi di Harvard pada tahun 1928 dengan mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan. Sebelum mengambil keputusan untuk kuliah jurusan psikologi, Skinner telah membaca karya dari Ivan Pavlov seorang fisiologi, dari Rusia yang telah mengadakan eksperimen dengan anjing yang refleks dikondisikan. Selain itu, Skinner juga membaca karya J.B Watson tentang behaviorisme dan Skinner pun tertarik. Dan Skinner berhasil meraih gelar doctor pada tahun 1931.

Setelah Skinner memperoleh gelar doktornya, ia bekerja di laboratorium Crozier, dimana tiga tahun ia menjadi Junior Fellow yakni suatu jabatan yang sangat bergengsi di Harvard bagi seorang sarjana yang masih muda. Skinner bekerja di tempat tersebut selama lima tahun. Penelitian yang dikerjakannya difokuskan pada penelitian sistem syaraf hewan. Beberapa tokoh yang mempengaruhi pemikiran Skinner yaitu Crozier, Jacques Loeb, C.S. Sherington, Ivan Pavlov, J.B. Watson dan E.L. Thorndike.

Pada tahun 1936 sampai 1945, Skinner menjalani karir sebagai pengajar di Universitas Minnesota. Selama ini di Minnesita, Skinner sangat produktif dan mengukuhkannya sebagai salah seorang psikolog eksperimental yang terkemuka saat itu. Selain itu, Skinner juga sempat menulis novel berjudul Walden Two pada tahun 1948. Di tengah¬tengah kesibukannya mengajar, pada tahun 1942 sampai 1943 Skinner melibatkan diri dalam kegiatan penelitian mengenai perang yang disponsori oleh General Mills dan juga menjadi anggota Guggenheim.

Mulai tahun 1945 sampai 1947, Skinner ditunjuk sebagai dekan Fakultas Psikologi Universitas Indiana. Setelah itu, ia kembali ke Harvard dan di sana menerima jabatan guru besar psikologi di Universitas Harvard. Skinner juga menjadi anggota sejumlah perhimpunan professional serta menerima banyak medali penghormatan diantaranya yaitu Warren medali dari perhimpunan para ahli psikologi eksperiman pada tahun 1942, Distinguished Scientific Contribution Award dari American Psychological Association (APA) tahun 1958, medali presiden untuk ilmu pengetahuan dan medali emas dari APA pada tahun 1971.

Selama tahun 1930-an dan 1940-an, Skinner mengembangkan teorinya dengan melakukan eksperimen-eksperiman pengondisian operan (operant conditioning). Dan pada tahun 1954, Skinner ikut serta dalam sebuah symposium tentang kecenderungan-kecenderungan modern dalam psikologi. Skinner menggunakan media ketika proses belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip yang mengaturnya. Presentasi tersebut dipublikasikan dalam Harvard Educational Review pada tahun 1954 dan menobatkan Skinner sebagai “Pencipta Teknologi Pendidikan”.

Gagasan dan pemikiran Skinner tertuang dalam beberapa karya baik dalam bentuk buku maupun artikel. Diantaranya sebagai berikut:
1.Two Types of Conditioned Reflex and Pseudotype tahun 1935
2.The Behavior of Organisms tahun 1938
3.Supertition in The Pigeon tahun 1948
4.Are Theorities of Learning Necessary tahun 1950
5.Science and Human Behavior tahun 1953. Dan beberapa karya lainnya.

B.Teori yang Digunakan Oleh B.F. Skinner
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat  pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues  (pengisyratan),  purposive behavior (tingkah laku purposive) dan  drive  stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan  untuk  menunjukkan  daya  suatu stimulus  untuk memunculkan  atau  memicu suatu respon tertentu.

Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.

Asas-asas kondisioning operant adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.

Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1.Belajar itu adalah tingkah laku.
2.Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
3.Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan diobservasi di bawah kondisi-kondisi yang dikontrol secara seksama.
4.Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian :
1.Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
2.Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.

Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.

Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
1.Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2.Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3.Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5.Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6.Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7.Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1.Law of operant conditining, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2.Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

A.Eksperimen yang Dilakukan Oleh B.F. Skinner
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Kotak Skinner ini berisi dua macam komponen pokok, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit.

Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan “emmited behavior” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.

Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforce bagi tikus yang disebut dengan tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi reinforcement, yaitu penguatan berupa butiran-butiran makanan kedalam wadah makanan.

Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning dan law extinction. Menurut hukum operant conditioning, jika suatu tingkah diriingi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah laku tersebut meningkat. Sedangkan menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku yang diperkuat dengan stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringi stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua hukum ini pada dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (classical conditioning).

Skinner membedakan perilaku atas :
1.Perilaku alami (innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku yang diharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yang bersifat refleksif.
2.Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.

Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons. Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan "Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakan dalam percobaanya.

Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan akan menekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperoleh penguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya, akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk kedalam Box, yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat ke sekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus menyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan hal ini akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentu dengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikus tersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman atau penghilangan dengan menghilangkan penguatannya.

Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcement, yaitu setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yang berupa penguat adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basicdriver, seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapat menguatkan rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.

Pada manusia, penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah konsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat menjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.

Dalam penguatan tersebut dibedakan antara penguatan positif dan negatif.
1.Penguatan positif adalah stimulus yang apabila diberikan sesudah terjadinya respon, meningkatkan kemungkinan respon tersebut.
2.Penguatan negatif adalah stimulus yang dihapuskan sesudah responnya timbul, meningkatkan kemungkinan adanya respon; shock elektrik dan bunyi yang menyakitkan digolongkan sebagai penguat negatif dan sebagai penguat negatif jika penguat itu dapat ditiadakan ketika timbul respon yang diinginkan.

Adapun Jenis-Jenis Penguat Skinner dikategorikan, yaitu:
1.Penguat utama (Primary reinforcers) adalah  penguat yang memengaruhi perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makanan, minuman, seks. Ini disebut penguat alami.
2.Penguat sekunder (Secondar reinforcers) adalah penguat yang membutuhkan  tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji seseorang.

Tadi telah diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas akan menerima butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara bertahap akan menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelah penghentian penguatan. Apa yang membuat Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang dilakukan oleh Skinner. Jadwal ini merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya perbedaan pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh tikus tadi, maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku penekanan tuas. Jadwal penguatan inilah yang membuat Operant Conditioning menjadi bentuk belajar yang sangat Fleksibel. Setiap respons yang pada suatu saat dapat dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan ini tercapai dengan melalui beragam jadwal pengautan.

Penguatan dapat dialakukkan kepada perilaku entah melalui jadwal yang berkesinambungan atau sebentar-sebentar. Dalam jadwal-penguatan-berkesinambungan (continous schedule), organisme diperkuat untuk setiap responnya. Jenis penjadwalan ini dapat meningkatkan frekuensi respons sekalipun pemakaian penguat kadang-kadang tidak efisien. Skinner kemudian mengusulkan jadwal-penguatan sebentar-sebentar (intermittent schedules) yang bukan hanya lebih effisien menggunakan penguat, tetapi juga menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap pemadaman. Melalui intermittent schedule Skinner mengidentifikasi dua macam penguatan yaitu :
1.Interval reinforcement
Interval reinforcement adalah penguatan yang dijadwalkan atau yang muncul pada interval waktu yang telah ditentukan. Contoh: seseorang memutuskan untuk memberikan permen  hanya jika orang tersebut  tetap diam  selama lima menit. Setelah itu baru diberikan permen, tidak ada penguatan tambahan yang diberikan sampai berlalu lima menit berikutnya.

2.Ratio reinforcement,  adalah penguatan yang muncul setelah sejumlah respon tertentu.
Contoh: seseorang akan memberikan permen pada seorang anak apabila anak tersebut menampilkan perilaku patuh, setelah anak tersebut patuh kemudian diberikan permen tersebut dan terus seperti itu sehingga anak tersebut benar-benar patuh.
Penjadwalan tersebut terbagi lagi menjadi 4 jenis penguatan jadwal, yakni :
a.Rasio tetap (Fixed ratio), dimana penguatan tergantung pada sejumlah respon yang terbatas. Artinya, mengatur pemberian reinforcement sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya. Misalnya, pekerja diberikan bonus apabila mampu menghasilkan produk sesuai target dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar (mampu mengikuti prosedur). Tujuannya untuk membentuk perilaku bekerja yang efektif dan tetap memperhatikan kualitas.

b.Rasio yang dapat berubah (variable ratio), dimana sejumlah respon yang dibutuhkan untuk penguatan yang berbeda-berbeda dari satu penguatan ke penguatan berikutnya. Misalnya, Pemberian bonus pada pekerja dilakukan secara acak yaknipada periode tertentu pekerja diberikan bonus apabila mampu memberikan performa kerja yang ramah dan menghasilkan produk berjumlah 1000 unit, namun pada periode yang lain pekerja diberikan bonus apabila telah mampu menghasilkan produk 2000 unit, dan pada waktu yang lain pekerja mendapatkan bonus saat mampu menghasilkan produk 2500 unit. Tujuannya untuk membentuk perilaku bekerja dengan tidak selalu bergantung kepada bonus karena bonus akan diberikan sewaktu-waktu sehingga pekerja cenderung akan menampilakan performa kerjanya yang paling maksimal.

c.Interval tetap (fixed interval), dimana  suatu respon menghasilkan penguatan setelah jangka waktu tertentu (khusus).Misalnya, Ujian tengah semester diberikan pada pertengahan semester (waktu telah ditentukan). Mahasiswa akan belajar lebih sungguh-sungguh saat menjelang ujian agar mendapat nilai yang baik. Tujuannya membentuk perilaku belajar.

d.Interval yang dapat berubah (variable interval), dimana penguatan tergantung pada waktu dan  suatu respon, tetapi waktu antara penguatan berbeda-beda. Artinya, reinforcement diberikkan dalam waktu yang tidak menentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikkan sama dengan pengaturan tetap. Misalnya, dosen yang memberikan kuis tiba-tiba dalam perkuliahan sehingga mahasiswa diharapkan selalu belajar agar apabila diadakan kuis mendadak mereka akan siap dan dapat meraih nilai yang baik. Tujuannya membentuk perilaku belajar mahasiswa.

D.Aplikasi Teori B.F. Skinner Terhadap Pembelajaran
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.Yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3.Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4.Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5.Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6.Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7.Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8.Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9.Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10.Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11.Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12.Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13.Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14.Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15.Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

Skinner mengakui bahwa aplikasi dari teori opernt adalah terbatas, tetapi ia merasa ada implikasi praktis, bagi pendidikan. Ia mengemukakan bahwa control yang positif (menyenangkan) mengadung sikap yang menguntungkan terhadap pendidikan dan akan lebih efektif bila digunakan.

Ada beberapa prinsip pengajaran yang dapat digunakan berdasarkan operant conditioning, yaitu:
1.memberi tekanan kepada kemajuan individu sesuai dengan kesanggupannya.
2.pentingnya penilaian yang terus menerus untuk menetapkan tingkat kemajuan yang dicapai siswa.
3.peranan guru lebih diarahkan kepada peranannya sebagai arsitek dan pembentuk tingkah laku siswa.
4.program remedial bagi siwa yang memerlukan harus diberikan agar mncapai prinsip belajar tuntas.

E.Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan
Banyak aplikasi pengkondisian operan telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara lain dikelas, rumah, setting bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata.

Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu:
1.Meningkatkan perilaku yang diinginkan
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:

a.Memilih Penguatan yang efektif : tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.

b.Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu : agar penguatan dapat efektif, guruharus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan ”jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.

c.Memilih jadwal penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
1).Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
2).Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi.
3).Jadwal interval – tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
4).Jadwal interval – variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
a).Menggunakan Perjanjian.  Perjanjian  (contracting)  adalah  menempatkan  kontigensi  penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan ”jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
b).Menggunakan penguatan negatif secara efektif: dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari. Seorang guru mengatakan “Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran”, ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.

2.Menggunakan dorongan  (prompt)  dan pembentukan  (shapping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.

3.Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
a.Menggunakan Penguatan Diferensial
b.Menghentikan penguatan (pelenyapan)
c.Menghilangkan stimuli yang diinginkan
d.Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)


F.Kelebihan dan Kekurangan Dari Teori B.F. Skinner
1.Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

2.Kekurangan
Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E.B.G.1994) adalah bahwa:
a.Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis

b.Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

c.Proses belajar itu dipandang dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagaian gejala.

d.Proses belajar itu dipandang bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti gerakan mesin robot, padahal setiap siswa memiliki  self-regulation (kemampuan mengatur diri sendiri) dan self-control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, oleh sebab itu ia bias menolak, merespons jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati.

Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat amat mencoloknya perbedaan antara karakter fisik dan psikis manusia dengan karakter fisik dan psikis hewan.

G.Ayat Yang Berhubungan Dengan Teori B.F. Skinner
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana itu yang dikemukakakn oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseirang todak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihgasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karna itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan yang lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Mengenai hubungan antar manusia Allah swt berfirman :

Artinya:  Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Q.S. Al-Baqarah : 2, Ayat 165)

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari materi tersebut yaitu :
1.Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna, Pensylvania, Amerika Serikat.

2.Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi.

3.Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang disebut dengan Skinner Box. Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus yang demikian disebut dengan ‘’ emmited behavior ” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa memedulikan stimulus tertentu. Kemudian salah satu tingkah laku tikus (seperti cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.

4.Ada beberapa prinsip pengajaran yang dapat digunakan berdasarkan operant conditioning, yaitu:
a.memberi tekanan kepada kemajuan individu sesuai dengan kesanggupannya.
b.pentingnya penilaian yang terus menerus untuk menetapkan tingkat kemajuan yang dicapai siswa.
c.peranan guru lebih diarahkan kepada peranannya sebagai arsitek dan pembentuk tingkah laku siswa. program remedial bagi siwa yang memerlukan harus diberikan agar mncapai prinsip belajar tuntas

5.Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia

6.Kelebihan : Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Kekurangan : Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian, proses belajar itu dipandang dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagaian gejala, Proses belajar itu dipandang bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti gerakan mesin robot.

7.Ayat yang berkaiatn dengan teori belajar yang diterapkan oleh B.F. Skinner yaitu Q.S. Al-Baqarah ayat 165

B.Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri kita dan merupakan langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi seorang pelajar yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa dipahami oleh para pembaca.

1 comment: