My Menus

Apr 4, 2015

Akhlak, Moral dan Etika

MAKALAH AQIDAH AKHLAK
"AKHLAK, MORAL DAN ETIKA"



DI SUSUN OLEH:
SAMSUL BAHRI
20700113033


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014


 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sejarah agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin di capai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesahan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagian tersebut .

Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadapnya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, moral atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai utlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah kesadaran menentang kesadaran itu. Akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan hal-hal yang haram, hak dan batil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang khusus manusiawi.Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut,karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selam dan sesudah pekerjaan itu dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya,dia biasa dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya itu .

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam makalah ini yaitu:
1.Apakah pengertian akhlak, etika dan moral ?
2.Bagaimana perbedaan akhlah,etika dan moral ?
3.Bagaimana pandangan para ulama tentang akhlak,etika dan moral ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak, Moral dan Etika
1.Pengertian Akhlak
Akhlak adalah lafaz yang berasal dari bahasa arab merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, parangai, tingkah laku, atau tabi’at. Berasal dari akar kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan khalq artinya ciptaan.

Akhlak di artikan sebagai perilaku, budi pekerti, sopan santun, dan tingkah laku sehari-hari. Hal tersebut, mengisyaratkan bahwa dalam kata akhlak tercakup pengertian terwujudnya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan atau Allah) dengan perilaku makhluk (Hamba atau manusia). Dengan kata lain, perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan, perilaku, dan sifat-sifat didasarkan pada kehendak al-khaliq yaitu: allah rabbul alamin.

Dari pengertian tersebut, memberi informasi bahwa akhlaq, selain merupakan tata aturan atau norma-norma perilaku tentang hubungan antara sesama manusia, juga merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan yang maha pencipta, bahkan mengatur hubungan dengan alam sekitarnya.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
Terjemahan:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam 68 :4) 
Demikian juga hadis Nabi Muhammad SAW
Terjemahan:
“Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.” (H.R. Ahmad)  
Jadi, secara umum akhlak diartikan sebagai perilaku, budi pekerti, sopan santun, dan tingkah laku sehari-hari.


2.Pengertian Etika
Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak, kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.

Etika adalah sebuah pengetahuan yang berhubungan dengan budi pekerti atau aturan-aturan yang normatif tentang tingkah laku, sifat dan perbuatan manusia yang berhubungan dengan nilai-nilai yang baik dan yang buruk atau sifat-sifat yang terpuji dan yang tercela, yang berasal dari individu dalam pergaulanya dangan masyarakat dan alam lingkungan sekitarnya. 

Etika merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dari kultur atau budaya masyarakat, yang mungkin dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama yang teraplikasi dalam masyarakat itu, sehingga etika yang dikembangkan adalah yang bersumber atau berdasarkan ajaran agama. Etika tersebut menjadi etika agama. 

3.Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

Moral terdiri atas moral agama dan moral sekunder. Moral agama adalah moral yang berorientasi pada ajaran agama yang dianut atau dipercaya. Sedangkan moral sekunder adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya bersifat duniawi semata, tidak mengenal kepercayaan kepada tuhan dan kehidupan akhirat. Mereka benar-benar hanya mendasarkan kehidupannya dengan nilai-nilai yang logis yang bersifat empiris. 

Iman adalah satu kekuatan yang memelihara umat manusia dari nilai-nilai rendah, dan alat yang menggerakkan manusia untuk meningkatakan nilai luhur dan moral yang bersih.Itulah sebabnya, Allah berseru kepada seseorang kepada kebajikan dan menghendaki seseorang membenci kejahatan. Dia menegaskan bahwa hal ini merupakan syarat utama bagi keimanannya.    

Rasulullah saw. Telah menerangkan dengan baik sekali, bahwa manakala keyakinan dan keimanan tertanam dengan kukuh, maka moral akan berkembang dengan subur. Dan manakala karakter moral begitu rendah, maka dengan sendirinya iman akan rendah.

Seseorang yang melakukan berbagai bentuk ibadah ( shalat ) tanpa mengetahui artinya hanyalah orang-orang yang tidak memahami makna ibadah. Sehingga, orang tersebut tidak akan mampu meningkatkan dirinya. Bahkan, anak kecil sekalipun dapat meniru gerakan-gerakan shalat dan bisa mengucapkan bacaan-bacaan selama shalat berlangsung.Kadang, seorang aktor dapat melakukan shalat dengan khusyu’ dan dapat melakukan gerakan-gerakan shalat . Tetapi, tetapi gerakan-gerakan tersebut tidak akan menguntungkan bagi keimanan atau tidak memenuhi sasarannya. Hanya satu cara melakukan shalat atau ibadah yang tidak akan memberikan akibat yang salah , yaitu karakter moral yang tinggi (akhlak).

Usamah menyatakan, “kami tengah duduk-duduk bersama rasulullah saw, begitu heningnya sehingga tak seorang pun berusa untuk membuka pembicaraan. Tidak beberapa lama, seseorang telah datang dan bertanya: diantara hamba allah, siapakah gerangan yang paling dikasihi, ya rasulullah? Rasulullah saw menjawab, “seseorang yang mempunyai watak moral (akhlak) terbaik!” (ibnu hiban)

Yang dimaksud dengan moral ialah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum tentang tindakan manusia, yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang diterima umum, meliputi kesatuan sosial atau ligkungan tertentu. Dengan demikian, jelaslah persamaan antara etika dan moral. 

Posisi moralitas tidak seperti halnya kesenangan atau kemewahan. Tetapi moralitas adalah nama dari suatu prinsip hidup, dan agama harus memiliki dan menjaganya. Islam telah menyebutkan satu demi satu semua kebijakan dan prinsip-prinsip moral, disamping telah menganjurkan para pengikutnya untuk menjadikan moral sebagai bagian dari kehidupannya. 

B.Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. 

Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :
“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (Hadits riwayat Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah. 

Akhlak manusia memang sangat berpengaruh bagi diri kita untuk kedepanya, jika akhlak kita jelek, maka kita akan jadi orang yang jelek di masyarakat, dan sebaliknya juga, jika kita baik, maka secara otomatis kita akan di perhitungkan dan disegani di masyarakat. Istilah akhlak, etika dan moral sering digunakan dalam konotasi yang sama dalam percakapan sehari-hari, sehingga seolah-olah tak ada bedanya. Padahal ketiga istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Hal ini dapat dimaklumi karena ketiganya mempunyai obyek yang sama, yakni baik dan buruk. Perlu dibedakan antara akhlak sebagai perilaku, yang sudah dipaparkan di atas, dan akhlak sebagai ilmu.

Akhlak sebagai ilmu dapat dianalogikan dengan etika sebagai ilmu yang pembahasannya menjadi isu filsafat. Salah satu pengertian ilmu filsafat yang cukup mewakili adalah ungkapan Ahmad Amin yang mengatakan bahwa ilmu akhlak ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan melakukan apa-apa yang harus diperbuat. Pengertian di atas hampir tidak ada bedanya dengan pengertian etika, sehingga kadang-kadang disamakan antara ilmu akhlak dan etika. Namun jika diteliti secara seksama, maka sebenarnya antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaan. Sedangkan pada etika dan moral yang membedakan adalah pada tolok ukurnya. Jika dalam etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia (baik atau buruk) dengan tolok ukur akal pikiran maka dalam pembahasan moral tolok ukurnya adalah norma-norma yang hidup dalam masyarakat, yang dapat berupa adat istiadat, agama dan aturan-aturan tertentu. 

Inti pengertian di atas adalah harus ada seperangkat nilai yang mengatur manusia untuk berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan, yaitu kebaikan tertinggi (summon banum) yang dalam teori etika tolok ukurnya adalah akal pikiran secara universal tanpa memandang ia hidup di mana dan kapan, serta memeluk agama apa. Sedangkan dalam akhlak (dalam hal ini adalah akhlak Islam) merupakan seperangkat nilai untuk menentukan baik dan buruk tolok ukurnya adalah al-Qur’an dan al-Sunnah. Bagi umat Islam al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan way of life untuk mengatur segala perilakunya, sehingga segala perilakunya tidak boleh lepas dari keduanya. Hal ini tidak berarti manusia tidak bebas memilih yang dalam pembahasan akhlak atau etika merupakan unsur utama yang harus dipertimbangkan karena suatu perbuatan dapat dinilai itu harus ada kebebasan. 

Untuk membedakan secara tegas antara akhlak (etika islam) dengan etika filsafat, yaitu bahwa :
1.Etika islam mengajarkan dan menuntun manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
2.Etika islam menetapkan bahwa sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan didasarkan kepada ajaran Allah AWT. (Al-Qur’an) dan ajaran Rasul-Nya (sunnah)
3.Etika islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
4.Dengan rumus-rumus yang praktis dan tepat dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran manusia, Etika islam dapat dijadikan peman oleh seluruh manusia.
5.Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah AWT. Menuju keridaan-Nya, sehingga selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan.

C.Pandangan Para Ulama
1.Akhlak

Menurut Imam Al Ghozali dalam kitab Ihya Ulum al-Din, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Menurut Ibrahim Anis dalam kitab al-Mu’jam al-Wasith, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya timbul bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Menurut Abdul Karim Zaidan dalam kitab Ushul al-Da’wah, Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam jiwa, dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik dan buruk, untuk kemudian memilih melakukan ataupun meninggalkannya.

Menurut Ahmad Amin Akhlak ialah membiasakan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu apabila dibiasakan terhadap sesuatu maka kebiasaan itu akan dapat membentuk akhlak. Contohnya, bila membiasakan kehendak untuk memberi, maka akan melahirkan akhlak dermawan ataupun kepedulian sosial. 

Menurut Ibnu Maskawaih salah seorang filosuf  Islam, akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukankegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).

2.Etika
Al- Ghozali melihat sumber kebaikan pada manusia bersumber pada kebersihan rohaninya dan rasa akrabnya (taqorrub) terhadap Tuhan. Beliau juga menganggap Tuhan adalah Pencipta yang aktif berkuasa, yang sangat memelihara dan menyebarkan kebaikan bagi sekalian alam. Ini sangat bertentangan dengan anggapan filsafat klasik Yunani yang menganggap Tuhan sebagai kebaikan tertinggi, tetapi pasif menanti, hanya menunggu pendekatan diri dari manusia .

Menurut beliau, bahwa manusia sebisa mungkin berusaha untuk meniru perangai dan sifat–sifat ketuhanan seperti pengasih, penyayang, pengampun, dan sifat – sifat yang disukai Tuhan, seperti sabar, jujur, taqwa, zuhud, ikhlas, beridiologi, dan sebagainya .

Didalam ihya’ beliau menjelaskan ketika seseorang beradu argument, maka harus bertujuan mencari kebenaran. Sehingga apabila kebenaran itu berada atau datang dari lawan debatnya, maka ia harus bersyukur atas apa yang telah dilakukan lawannya, yaitu memberitahu kesalahannya dalam memahami suatu ilmu, tidak boleh menggap lawan debatnya sebagai musuh bahkan dianggap sebagai orang yang telah menunjukkan dirinya dari jalan yang salah .

3.Pengertian Moral
Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah keyakinan serta sikap batin dan
bukan hanya sekedar penyesuaian dengan beberapa aturan dari luar, entah itu aturan berupa hukum Negara, hukum agama dan hukum-hukum istiadat .

Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia dengan makhluk tuhan yang lainnya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk lain .

Moral adalah realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil dari perkembangan pribadi semata. Namun moral merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang. Moral tidaklah bisa dipisahkan dari kehidupan beragama. Di dalam agama Islam perkataan moral sangat identik dengan akhlak .

Moral merupakan norma yang bersifat kesadaran atau keinsyafan terhadap suatu kewajiban melakukan sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan – perbuatan tertentu yang dinilai masyarakat dapat melanggar norma-norma .

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Akhlak adalah lafaz yang berasal dari bahasa arab merupakan bentuk jamak
dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, parangai, tingkah laku, atau tabi’at. Berasal dari akar kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan khalq artinya ciptaan.  Akhlak di artikan sebagai perilaku, budi pekerti, sopan santun, dan tingkah laku sehari-hari.

Etika adalah sebuah pengetahuan yang berhubungan dengan budi pekerti atau aturan-aturan yang normatif tentang tingkah laku, sifat dan perbuatan manusia yang berhubungan dengan nilai-nilai yang baik dan yang buruk atau sifat-sifat yang terpuji dan yang tercela, yang berasal dari individu dalam pergaulanya dangan masyarakat dan alam lingkungan sekitarnya.

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi.

Menurut Imam Al Ghozali dalam kitab Ihya Ulum al-Din, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Al- Ghozali melihat sumber kebaikan pada manusia bersumber pada kebersihan rohaninya dan rasa akrabnya (taqorrub) terhadap Tuhan. Beliau juga menganggap Tuhan adalah Pencipta yang aktif berkuasa, yang sangat memelihara dan menyebarkan kebaikan bagi sekalian alam. Ini sangat bertentangan dengan anggapan filsafat klasik Yunani yang menganggap Tuhan sebagai kebaikan tertinggi, tetapi pasif menanti, hanya menunggu pendekatan diri dari manusia.

Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah keyakinan serta sikap batin dan
bukan hanya sekedar penyesuaian dengan beberapa aturan dari luar, entah itu aturan berupa hukum Negara, hukum agama dan hukum-hukum istiadat

DAFTAR PUSTAKA
Ambo Asse,Akhlak al-Kariemah,Dar al-Hikmah Wa al-Ulum:Makassar,2003
Departemen keagamaan, al-qur’an terjemahan
Komari dan sunarsih, Akhlak Anak Islam, LP3Q, Makassar, 2006
Kumaidi,dkk,Aqidah Akhlak, AKIK PUSAKA:Ciwaringin,2008
Muhammad al-ghazaliy,Karakter Muslim:Bandung,1987
Syekh Mahmud Syaltut,Akidah dan Syari’ah Islam,BINA AKSARA:Jakarta,1985
Yusuf al-Qardhawy dan al-iman wal Hayat,Iman dan Kehidupan,PT Bulan Bintang:Jakarta,1993

No comments:

Post a Comment