MAKALAH AQIDAH AKHLAK
"PENGERTIAN, DASAR HUKUM, DAN KEUTAMAAN AKHLAK"
DI SUSUN OLEH:
SAMSUL BAHRI
20700113033
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
"PENGERTIAN, DASAR HUKUM, DAN KEUTAMAAN AKHLAK"
DI SUSUN OLEH:
SAMSUL BAHRI
20700113033
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman. Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya”
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman. Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya”
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam makalah ini yaitu:
1.Apa yang dimaksud akhlak?
2.Apakah keutamaan akhlak?
3.Apa yang menjadi dasar hukum akhlak?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata “akhlak” ini lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab “akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.
Kata “akhlak” mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq dan antara makhluq dengan makhluq.
Jadi, secara umum akhlak diartikan sebagai perilaku, budi pekerti, sopan santun, dan tingkah laku sehari-hari Dalam hal ini Allah SWT berfirman
Terjemahan:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(Q.S. Al-Qalam 68 :4)
Demikian juga hadis Nabi Muhammad SAW
Terjemahan:
“Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.”
(H.R. Ahmad)
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, atara lain sebagai berikut.
Pertama, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
Kedua, ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Imam Al-Ghazali dalam ihya ulumuddin memberi pengertian akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan tersebut dinamakan akhlak yang baik (akhlakul karimah/akhlakul mahmudah). Sebaliknya, jika tindakan spontan itu jelek, disebut akhlakul madzmudah.
Selain istilah akhlak, lazim juga dipergunakan istilah “etika”. Perkataan ini berasal dari bahasa yunani, “ethes” yang berarti : adat kebiasaan. Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan cabang dari ilmu filsafat. Mengenai hal ini para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda, antara lain :
1.Etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang disistematisasikan tentang tindakan moral yang betul (webster’s wict).
2.Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan : hujah-hujahnya dan tujuan yang diarah, diarahkan pada makna tindakan (ensiklopedia winkler prins).
3.Ilmu tentang filsafat moral, tindakan mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu yang positif, tetapi ilmu yang formatif (new american diet).
4.Ilmu tentang moral atau prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan-tindakan dan kelakuan (A.S Hornby diet).
Berdasarkan pengertian diatas, etika menurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki, hal yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.
Antara etika dengan akhlak terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama membahas masalah baik dan beruknya tingkah laku manusia sehingga akhlak sering disebut dengan etika islam. Adapun perbedaannya adalah etika bertitik dari akal pikiran, tidak dari agama, sedangkan akhlak (etika islam) berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Untuk membedakan secara tegas antara akhlak (etika islam) dengan etika filsafat, yaitu bahwa :
1.Etika islam mengajarkan dan menuntun manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
2.Etika islam menetapkan bahwa sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan didasarkan kepada ajaran Allah AWT. (Al-Qur’an) dan ajaran Rasul-Nya (sunnah)
3.Etika islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
4.Dengan rumus-rumus yang praktis dan tepat dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran manusia, Etika islam dapat dijadikan peman oleh seluruh manusia.
5.Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah AWT. Menuju keridaan-Nya, sehingga selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan.
Akhlak, di samping dikenal dengan istilah etika, juga dikenal dengan istilah moral. Perkataan “moral” berasal dari bahasa latin “mores”, jamak dari ‘mos” yang berarti : adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila.
Yang dimaksud dengan moral ialah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum tentang tindakan manusia, yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang diterima umum, meliputi kesatuan sosial atau ligkungan tertentu. Dengan demikian, jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun, ada pula perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan morallebih banyak bersifat praktis.
B.Dasar Hukum Akhlak
Dalam islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik buruknya sifat seseorang itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.
Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab :
Artinya:
“Akhlak Rasulullah ialah Al-Quran”
Maksud perkataan ‘Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan beliau, baik yang lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari Al-Quran. Al-Quran selalu mengajarkan umat islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Quran.
Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam Al-Quran. Al-Quran menjelaskan berbagai pendekatan yang melekatkan Al-Quran sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan Al-Quran dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal, tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah, dan alam realita kehidupan manusia semasa Al-Quran diturunkan.
Al-Quran menggambarkan akidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding dengan perwatakan orang-orang kafir dan munafik yang jelek dan merusak. Gambaran mengenai akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia sepanjang sejarah. Al-Quran juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang mencoba menggoyahkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.
Terjemahan:
“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah, Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan (kitab itu pula), Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Q.S.Al-Maidah (5) : 15-16)
Pribadi Rasulullah SAW. Adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah.
Terjemahan:
“sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab (33) : 21)
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata “akhlak” ini lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab “akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.
Kata “akhlak” mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq dan antara makhluq dengan makhluq.
Jadi, secara umum akhlak diartikan sebagai perilaku, budi pekerti, sopan santun, dan tingkah laku sehari-hari Dalam hal ini Allah SWT berfirman
Terjemahan:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(Q.S. Al-Qalam 68 :4)
Demikian juga hadis Nabi Muhammad SAW
Terjemahan:
“Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.”
(H.R. Ahmad)
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, atara lain sebagai berikut.
Pertama, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
Kedua, ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Imam Al-Ghazali dalam ihya ulumuddin memberi pengertian akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan tersebut dinamakan akhlak yang baik (akhlakul karimah/akhlakul mahmudah). Sebaliknya, jika tindakan spontan itu jelek, disebut akhlakul madzmudah.
Selain istilah akhlak, lazim juga dipergunakan istilah “etika”. Perkataan ini berasal dari bahasa yunani, “ethes” yang berarti : adat kebiasaan. Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan cabang dari ilmu filsafat. Mengenai hal ini para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda, antara lain :
1.Etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang disistematisasikan tentang tindakan moral yang betul (webster’s wict).
2.Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan : hujah-hujahnya dan tujuan yang diarah, diarahkan pada makna tindakan (ensiklopedia winkler prins).
3.Ilmu tentang filsafat moral, tindakan mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu yang positif, tetapi ilmu yang formatif (new american diet).
4.Ilmu tentang moral atau prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan-tindakan dan kelakuan (A.S Hornby diet).
Berdasarkan pengertian diatas, etika menurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki, hal yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.
Antara etika dengan akhlak terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama membahas masalah baik dan beruknya tingkah laku manusia sehingga akhlak sering disebut dengan etika islam. Adapun perbedaannya adalah etika bertitik dari akal pikiran, tidak dari agama, sedangkan akhlak (etika islam) berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Untuk membedakan secara tegas antara akhlak (etika islam) dengan etika filsafat, yaitu bahwa :
1.Etika islam mengajarkan dan menuntun manusia pada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
2.Etika islam menetapkan bahwa sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan didasarkan kepada ajaran Allah AWT. (Al-Qur’an) dan ajaran Rasul-Nya (sunnah)
3.Etika islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
4.Dengan rumus-rumus yang praktis dan tepat dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran manusia, Etika islam dapat dijadikan peman oleh seluruh manusia.
5.Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah AWT. Menuju keridaan-Nya, sehingga selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan yang keliru dan menyesatkan.
Akhlak, di samping dikenal dengan istilah etika, juga dikenal dengan istilah moral. Perkataan “moral” berasal dari bahasa latin “mores”, jamak dari ‘mos” yang berarti : adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila.
Yang dimaksud dengan moral ialah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum tentang tindakan manusia, yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang diterima umum, meliputi kesatuan sosial atau ligkungan tertentu. Dengan demikian, jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun, ada pula perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan morallebih banyak bersifat praktis.
B.Dasar Hukum Akhlak
Dalam islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik buruknya sifat seseorang itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al-Quran dan As-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.
Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab :
Artinya:
“Akhlak Rasulullah ialah Al-Quran”
Maksud perkataan ‘Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan beliau, baik yang lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari Al-Quran. Al-Quran selalu mengajarkan umat islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Quran.
Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam Al-Quran. Al-Quran menjelaskan berbagai pendekatan yang melekatkan Al-Quran sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan Al-Quran dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal, tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah, dan alam realita kehidupan manusia semasa Al-Quran diturunkan.
Al-Quran menggambarkan akidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Berbanding dengan perwatakan orang-orang kafir dan munafik yang jelek dan merusak. Gambaran mengenai akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia sepanjang sejarah. Al-Quran juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang mencoba menggoyahkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.
Terjemahan:
“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah, Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan dengan (kitab itu pula), Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Q.S.Al-Maidah (5) : 15-16)
Pribadi Rasulullah SAW. Adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah.
Terjemahan:
“sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab (33) : 21)
C.Keutamaan Akhlak
Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin untuk membinanya, dan mengembangkan di hati mereka, karena keutamaan-keutamaannya. Antara lain :
1.Akhlak yang baik adalah sarana untuk mendapatkan surga tertinggi.
2.Akhlak yang baik adalah amalan yang paling berat timbangannya.
3.Akhlak yang baik adalah tugas diutusnya para Rasul.
4.Dengan akhlak yang baik kita dapat diterima oleh masyarakat di manapun kita berada.
5.Akhlak yang baik adalah penyebab menjadi orang yang paling sempurna keimanannya.
6.Akhlak yang baik termasuk adalah amal perbuatan yang terbaik.
7.Orang yang paling baik akhlaknya adalah orang yang paling dicintai dan paling dekat tempat duduknya dengan Rasulullah SAW di hari kiamat.
8.Yang paling banyak memasukkan oarang ke surga adalah takwa dan akhlak yang baik.
Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin untuk membinanya, dan mengembangkan di hati mereka, karena keutamaan-keutamaannya. Antara lain :
1.Akhlak yang baik adalah sarana untuk mendapatkan surga tertinggi.
2.Akhlak yang baik adalah amalan yang paling berat timbangannya.
3.Akhlak yang baik adalah tugas diutusnya para Rasul.
4.Dengan akhlak yang baik kita dapat diterima oleh masyarakat di manapun kita berada.
5.Akhlak yang baik adalah penyebab menjadi orang yang paling sempurna keimanannya.
6.Akhlak yang baik termasuk adalah amal perbuatan yang terbaik.
7.Orang yang paling baik akhlaknya adalah orang yang paling dicintai dan paling dekat tempat duduknya dengan Rasulullah SAW di hari kiamat.
8.Yang paling banyak memasukkan oarang ke surga adalah takwa dan akhlak yang baik.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Akhlak ataupun budi pekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan, kerakusan dan kezaliman. Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan ersama.Yang kecil hormat kepada yang tua,yang tua kasih kepada yang kecil.Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi s.a.w.bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya." (H.R.Ahmad). Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi s.a.w. sehingga budi pekerti beliau tercantum dalam al-Quran, Allah berfirman yang maksudnya: "Sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang agung. "Sesuatu Ummat bagaimanapun hebat Kekuatan dan Kekayaan yang dimilikinya, akan tetapi jika budi pekertinya telah binasa, maka Ummat itu akan mudah binasa. Manusia yang tidak punya akhlak, mereka sanggup melakukan apa saja untuk kepentingan dirinya. Mereka sanggup berbohong, membuat fitnah, menjual marwah diri dan keluarga, malah dengan tidak segan silu lagi dia menjual Agama dan Negaranya.
Akhlak ataupun budi pekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan. Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan, kerakusan dan kezaliman. Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan ersama.Yang kecil hormat kepada yang tua,yang tua kasih kepada yang kecil.Manusia yang memiliki budi pekerti yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi s.a.w.bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya." (H.R.Ahmad). Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi s.a.w. sehingga budi pekerti beliau tercantum dalam al-Quran, Allah berfirman yang maksudnya: "Sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang agung. "Sesuatu Ummat bagaimanapun hebat Kekuatan dan Kekayaan yang dimilikinya, akan tetapi jika budi pekertinya telah binasa, maka Ummat itu akan mudah binasa. Manusia yang tidak punya akhlak, mereka sanggup melakukan apa saja untuk kepentingan dirinya. Mereka sanggup berbohong, membuat fitnah, menjual marwah diri dan keluarga, malah dengan tidak segan silu lagi dia menjual Agama dan Negaranya.
DAFTAR PUSTAKA
A.Zaenuddin dan Muhammad Jamhari.Al-Islam 2 : Muamalah dan Akhlaq.Bandung:Pustaka Setia.1999
Bakriy,Umar. Makarima al-Akhlaq.Padang Panjang:Mutiara.1977
Hamzah Ja’cub. Ethika Islam. Jakarta:Pulicita. 1987.
Komari dan Sunarsih, Akhlak anak islam, Makassar: LP3Q.2006
M.Ali Hasan, Tuntutan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang.1978
Departemen keagamaan, al-qur’an terjemahan.
No comments:
Post a Comment