My Menus

May 5, 2015

Makalah Etika Pengembangan Keguruan Menilai Diri

MAKALAH
ETIKA PENGEMBANGAN KEGURUAN
"MENILAI DIRI"


DI SUSUN OLEH:
SAMSUL BAHRI
20700113033


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Materi ini akan membawa Anda bertamasya menuju suatu perjalanan yang bagi kebanyakan guru merupakan suatu daerah asing. Perjalanan ini bukanlah suatu jalan yang gampang. Sebab salah satu hal yang tersulit untuk dikerjakan atau dilaksanakan seseorang adalah melihat dirinya sendiri dengan objektif dan realistis, menurut kenyataannya tanpa diwarnai pemujaan diri sendiri, penipuan diri, atau keputusasaan dan kekacauan pikiran

Manusia sudah menempuh suatu jalan yang panjang untuk sampai pada arah dan tujuan, pengertian, pengetahuan atau pengenalan tentang dirinya sendiri, walaupun masih banyak yang belum diketahuinya, ataumasih banyak yang akan dipelajarinya. Dibandindingkan dengan para nenek moyangnya yang primitive, dia sudahmengetahui jauh lebih banyak. Suku-suku primitive di Australia yang masih dalam tingkat kebudayaan batu, masih belum dapat menghubungkan atau mempertalikan rasa sakit kepala dengan kepalanya sendiri. Bahkan, beberapa pengertian-pengertian jasmaniah yang sederhana masih asing bagi mereka.

Dalam makalah ini penulis mencoba menguraikan sedikit tentang bagaimana melihat diri sebenarnya, ketidaksadaran, mencari kebenaran dan teknik mempelajari diri.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana cara melihat diri sebenarnya ?
2.Bagaimana itu ketidaksadaran.
3.Bagaimana cara mencari kebenaran.
4.Bagaimana teknik mempelajari diri.

C.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk memberikan informasi tentang bagaimana seharusnya seorang guru dalam melihat diri sebenarnya, ketidaksadaran, mencari kebenaran dan teknik mempelajari diri.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Melihat Diri Sebenarnya
Adalah suatu anggapan popular bahwa untuk mengenal diri sendiri itu adalah suatu masalah yang sederhana, yaitu dengan mempelajarinya sedikit demi sedikit setiap hari. Sesungguhnya untuk dapat mengenal diri, tidaklah sesederhana itu. Kesukarannya terutama, karena sesungguhnya dalam diri kita masing-masing, kita cenderung untuk membangun dalam suatu jaringan pertahanan yang kuat, bertindak dan berlaku untuk melindungi ego dan perasaan harga diri kita dari orang lain, dan kadang-kadang dari diri kita sendiri.

Setiap orang lahir ke dunia ini dengan keadaan tidak berdaya dan bergantung kepada orang lain. Untuk dapat mempertahankan hidupnya, setiap orang akan belajar, bahwa hal itu bergantung juga pada sikap dan pendapat atau perasaan orang lain. Anak yang sedang tumbuh belajar dan mengetahuinya, bahwa dia sangat bergantung kepada ibunya, bukan saja untuk kesenangan jasmaniahnya, tapi juga untuk hadiah dan pujian yang menyenangkan, cinta, perhatian dan rasa perlindungan.

Pada saat seseorang bertambah besar dan dewasa, dia tetap mencari dan menginginkan pendapat yang baik dan persetujuan dari masyarakat lingkungannya yang semakin melebar. Dia menghendaki teman, bukan saja untuk kesenangan jasmaninya, tapi juga untuk menyetujui apa yang dilakukannya. Dalam persetujuan dan simpati orang itu, dia memperoleh jaminan tentang harga dirinya sendiri. Demikian besarnya keinginan orang untuk cinta dan persetujuan itu sehingga seseorang mau menipu dirinya sendiri, kalau perlu, dari pada menghadapi kenyataan. Jika tingkah laku atau perbuatannya yang tidak diselubungi sehingga nampak sebagaimana keadaan yang sebenarnya, dia akan mendapat kritik dan celaan, jauh dari rasa senang dan persetujuan orang. Mungkin dia melakukan sesuatu yang tidak dipikirkan dengan matang lebih dahulu, tergesa- gesa bahkan kejam. Tapi daripada melihat dan menghadapi dirinya sendiri dalam suatu sorotan atau pandangan yang tidak bersahabat dari orang lain, bahkan di matanya sendiri, maka pikiran atau jiwa tak sadarnya akan melindungi gambaran dirinya sendiri (his image of himself).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:
1.Dia membuat tindakan dan perbuatan atau memajukan alas an-alasan sehingga tingkah lakunya itu seolah-olah menjadi rasionil, wajar, danmpantas. Dia berkata, “Saya melakukan itu, karena …”. Perkataan atau keterangannya itu memberikan alasan baik dan kuat serta logis dan dapat diterima tentang tindakan dan tingkah lakunya itu.
2.Dia memproyeksikannya. Dia memungkiri perbuatannya yang salah atau tidak baik itu, dan melihat serta menuduhkannya sebagai problema dan perbuatan orang lain.
3.Dia memindahkan atau menggeserkannya. Dia menyalahkan seseorang yang lain dari kesalahan-kesalahannya sendiri yang tidak dapat diterimanya.
4.Dia mengadakan kompensasi. Dia meningkatkan dirinya dalam bidang lain, pada saat dia gagal atau lemah dalam sesuatu hal atau bidang.

B.Ketidaksadaran 
Jalan menuju pengenalan diri sendiri dapat dihalangi jiwa tak sadar yang banyak memengaruhi tingkah laku. Sigmun Freud, bapak psiko-analisa adalah orang yang pertama mengenal pentingnya pikiran atau jiwa tak sadar itu dalam memengaruhi dan menentukan tingkah laku. Problema nyata yang timbul karena alat – alat pengaman bekerja di bawah tak sadar secara otomatis. Anda tentu harus menjadi orang yang sangat ahli dalam hal ini. Jika Anda ingin melihat dan menjenguk ke dalam diri Anda sendiri. Betapa sering Anda mengalami dan melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan apa yang secara sadar ingin Anda perbuat.

William Menninger seorang dokter yang terkenal berkata: “Hal seperti ini sangat jelas nampak pada orang yang tak dapat berhenti dari kebiasaan buruknya “makan terlalu banyak”. Mereka membuat segala macam tekad dan keputusan untuk suatu diet; tapi nampaknya mereka tidak berdaya untuk tetap melaksanakan keputusannya itu. Nyata, beberapa tekanan dari jiwa tak sadar mendorong mereka untuk terus melakukan hal-hal, yang secara sadar mereka ingin berhenti melakukannya.

Banyak laksanawan, pada satu waktu, mempunyai jenis kesukaran yang sama, dalam melakukan dan menyelesaikan suatu tugas tertentu. Dia berjanji terhadap dirinya sendiri untuk menyelesaikan suatu tugas pada kesempatan yang pertama, tapi nampaknya dia tak sanggup.

Burleigh B. Gardner, ahli antropologi social yang terkenal menunjukkan bahwa beberapa alasan mengapa para manajer menunda atau gagal, walaupun kesadaran mereka menginginkan kemajuan ialah:
1.Harga diri yang berlebihan karena merasa dirinya sangat penting. Sering banyak orang yang kapabel, tidak menyukai pekerjaannya diawasi dan merasa sangat tersinggung terhadap tuntutan – tuntutan yang dilakukan terhadap mereka.
2.Keinginan tidak disadari untuk memperoleh kedudukan dan nama yang sangat penting. Pekerjaan mereka sebagai manajer, baginya hanyalah sebagai alat atau lompatan untuk tujuan – tujuan lain. Pada dasarnya dia tidak mempunyai perhatian dan minat untuk pekerjaan yang sedang dipegangnya. Oleh karena itu juga kurang memperoleh kepuasan.
3.Ketidaksanggupan untuk menyediakan tempat bagi orang lain. Banyak orang, walaupun jiwa sadar mereka menghendaki bekerja sama dengan orang lain, tapi nampaknya mereka tidak mengambil langkah untuk melaksanakannya. Mereka merasa tidak enak akan kemajuan setiap orang. Walaupun orang ini memberi Anda alasan tentang tindakannya, tetapi secara tidak disadari bahwa di bawah ketidaksanggupan mereka untuk bekerja sama dengan orang lain, terletak suatu kebencian yang mendalam terhadap orang tersebut.

Jadi kita lihat, seseorang mungkin tidak sadar akan kenyataan, bahwa dia sendiri yang menghambat jalannya. Seperti diceritakan penggubah sandiwara yang terkenal, Ben Hecht: Seorang yang bijaksana hanya mempunyai satu musuh, yaitu dirinya sendiri. Musuh ini adalah seorang yang sukar untuk diabaikan dan mempunyai banyak tipu muslihat. Dia menyerang seseorang dengan menanamkan rasa takut dan kebimbangan. Dia selalu mencari cara untuk menyesatkan orang dari tujuannya. Dia adalah musuh yang tidak dapat dilupakan, tapi tetap menipu. 

C.Mencari Kebenaran
Usaha untuk mengerti dan untuk mengenal diri sendir, sudah sejak lama, yaitu sejak Adam dan Hawa. Kebanyakan orang, secara total tidak sadar tentang perasaan – perasaan mereka sendiri, tentang emosi, kepercayaan dan tujuan hidup mereka. Werner Wolf dari “Bard College”, pernah melakukan suatu eksperimen yang sederhana yang menunjukkan betapa sering seseorang itu merasa asing terhadap dirinya sendiri. Dalam eksperimen itu, dia menyuruh beberapa orang untuk menandai dirinya sendiri dan teman-temannya dalam suatu deretan gambar-gambar, dimana wajah-wajah dari gambar itu tidak kelihatan, disembunyikan. Rata – rata setiap orang sukar menandai dirinya sendiri dari deretan gambar – gambar itu. Anehnya dia lebih mudah untuk menemukan gambar – gambar dari kenalan-kenalannya.

Schuyler Hoslett, Wakil Presiden dari Dun & Bradstreet mempunyai daftar pertanyaan – pertanyaan pendek dan bersifat menyelidik yang sering dapat menolong seseorang dalam usaha memperoleh pengertian untuk diri sendiri. Dia menyarankan agar laksanawan merenungkan, dengan jawaban-jawaban terhadap empat pertanyaan berikut, bilamana laksanawan itu merasa gelisah atau tidak puas:
1.Untuk apakah saya disini? Apakah tujuan hidup ini bagi saya?
2.Mengapa saya bekerja dalam organisasi ini? Apakah itu cocok dengan tujuan hidup saya dalam hidup ini?
3.Apakah yang dapat dilakukan organisasi ini, untuk menolong saya mengembangkan arti dan guna diri saya di dunia ini? Apakah hal ini menolong saya untuk mencapai tujuan saya.
4.Andaikan saya memilih untuk tetap tinggal dalam organisasi ini, bagaimanakah saya berusaha untuk mencapai arti dan tujuan saya di dunia ini?

Pertanyaan – pertanyaan di atas itu, walaupun nampaknya seperti sederhana, tapi mempunyai arti yang dalam dan kompleks, dan demikian juga tentang jawabannya. Pada kenyataannya, makin cepat dan makin mudah jawaban untuk itu datangnya, akan makin kuranglah dipercayai kebenarannya. Dengan berselubung dalam bentuk atau rupa yang sangat sederhana, setiap pertanyaan itu memerlukan atau meminta penelitian dan pemikiran yang serius. Mengungkapkan kenyataan tentang anda sendiri, akan member sedikit kekagetan, tapi dengan pengungkapan itu anda akan merasa lebih bahagia.

D.Teknik Mempelajari Diri
Teknik atau metode-metode untuk mempelajari kepribadian sangat kompleks sifatnya. Untuk dapat menembus dan mengenal sampai sedalam-dalamnya, mungkin Anda perlu memanggil ahli atau “expert”. Tapi banyak dari alat-alat yang dipergunakan ahli-ahli psikologi untuk menyelidiki dan atau lebih mengenal sifat karakter seseorang itu, dapat juga dipergunakan oleh laksanawan umumnya. Untuk suatu penyelidikan yang lebih mendalam tentang diri, ada lima metode yang digunakan yaitu: 

1.Pendekatan Dengan Riwayat Hidup Sendiri (Autobiographical Approach)
Beberapa orang mungkin berkesimpulan bahwa lebih  berhasil untuk menyelediki yang telah lalu untuk mengungkapkan dan menguraikan kejadian-kejadian yang sangat penting dan kritis yang memengaruhi dan menentukan mengapa dan menjadi apa mereka sekarang. Hal itu dapat dilakukan dengan mudah, mulai dari ingatan dan kenangan-kenangan yang paling awal (semasa masih kanak-kanak permulaan) tentang orang-orang yang paling penting dalam kehidupan.

Bagaimanakah rupanya ayah Anda? Bagaimana reaksi Anda terhadapnya sebagai seorang manusia? Apakah Anda benci dan tidak senang terhadap disiplinnya, dan apakah Anda kemudian mengerti tentang motifnya? Apakah cita-cita bersama, tentang masa depan? Apakah Anda dalam beberapa hal memperlakukan anak-anak Anda, mempunyai persamaan dengan cara-cara dan tindakan ayah Anda terhadap Anda sewaktu masa kanak-kanak? Jujurlah dalam jawaban Anda. Semua anak-anak mempunyai konflik dengan orang tua mereka dan dengan orang dewasa lainnya. Orang yang sudah dewasa dapat mengerti konflik itu. Oleh karena itu, Anda lebih dapat memahaminya dalam hubungan Anda dengan anak-anak Anda sendiri dan dengan orang lain.

Cara-cara dan jenis reaksi terhadap segala bentuk otorita dan kekuasaan sering merupakan suatu lanjutan dari hubungan Anda yang sudah terjadi dengan orang tua sendiri. Suatu penyelidikan Anda untuk lebih baik menangani dan menghadapi masalah-masalah sekarang dan yang lebih penting lagi akan dapat membangun suatu dasar dari masa dating atau masa depan Anda.

Pertanyaaan-pertanyaan kunci yang lain ialah pertanyaan terhadap diri sendiri, seperti: “Kemajuan-kemajuan atau prestasi apakah yang pernah saya lakukan di sekolah yang paling membanggakan saya? Manusia-manusia jenis manakah yang menjadi sahabat-sahabat saya? Pengalaman-pengalaman manakah yang member saya kepuasan paling besar?

Tetapi janganlah hanya melihat peristiwa-peristiwa yang dramatis dan mudah diingat dari yang telah lewat. Kejadian-kejadian itu mungkin penting, tapi hal itu mungkin sekali memberi Anda  suatu gambaran yang salah. Periksa dan lihatlah bagian-bagian kecil yang masih tinggal pada Anda terjadi kembali, jika Anda berpikir tentang yang telah lewat. Hal ini tidak diragukan lagi turut memainkan suatu peranan dalam membentuk Anda.

2.Tandailah Hal-hal yang Ekstrim
Emosi dan perasaan-perasaan Anda yang ekstrim, tinggi dan rendah sekali, sering menjadi suatu petunjuk terhadap hakikat keadaan jiwa Anda yang sebenarnya, di mana tingkah laku Anda sehari-hari bergerak. Seorang pengusaha terlalu sering menyangkal tingkah lakunya yang tidak biasa, sebagai sesuatu yang bukan tipe tingkah lakunya, “Perbuatan seperti ini bukanlah tipe saya,” katanya dan tidak mempercayainya sama sekali. Tiap suatu analisa diwaktu marahnya lebih besar lagi, lebih besar dari yang dianggapnya mungkin, mengungkapkan dengan lebih jelas tingkah lakunya yang “normal” itu.

Cobalah eksperimen selama satu minggu. Buatlah suatu catatan harian dari reaksi-reaksi Anda terhadap kejadian atau situasi-situasi yang menyebabkannya. Boleh jadi hal itu hanyalah kejadian-kejadian sementara dari perasaan kegembiraan, rasa marah dan frustasi. Atau barangkali hanya sebagai peletusan dari keadaan jiwa yang berlaku sepanjang hari. Masalah ini tidak begitu penting. Apa yang harus diperhitungkan atau yang penting ialah agar tingkah laku dan karakter Anda dapat lebih kuat dari yang biasa dan dan hal itu dapat Anda alami. Inilah langkah-langkah yang akan menolong Anda untuk memeriksa dan menguji kejadian-kejadian itu, dan untuk dapat melihat arti dan maknanya, catatlah situasi dan reaksi. Catat dan tandailah perasaan-perasaan itu dan juga sebanyak mungkin bagian-bagian yang menyebabkannya, sebanyak yang Anda peroleh. Pastikanlah, bahwa Anda mencatat cukup informasi untuk kemudian dapat mengingat dan memikirkannya kembali.

Kumpulkan suatu keragaman. Adalah lebih baik untuk mengumpulkan sekurang-kurangnya lima bentuk atau tipe situasi-situasi yang berbeda-beda, sebelum Anda menguji dan meninjau kembali situasi-situasi itu. Jika satu minggu tidak tersedia cukup waktu, ambillah 10 hari atau dua minggu, tapi mestilah beberapa peristiwa atau masalah dalam catatan harian Anda itu. Analisalah kejadian-kejadian itu. Jika Anda sudah mencatat kejadian-kejadian itu secara terpisah-pisah dengan secukupnya, lihat dan periksalah kejadian-kejadian itu dalam hubungan satu sama lainnya.

3.Analisa Mimpi
“Mimpi-mimpi yang tidak ditafsirkan ibarat surat-surat yang tidak dibuka-buka,” kata Talmud. Mimpi adalah pesan dari Anda sendiri untuk Anda sendiri dan merupakan suatu sumber yang paling penting untuk pengenalan diri sendiri. Ahli-ahli psikologi menemukan dalam mimpi itu, suatu jalan yang lebih lebar dan terpercaya untuk suatu pengenalan terhadap pasien-pasien mereka. Bagaimanapun, pentingnya mimpi itu sebagai sumber pengertian untuk pengenalan jiwa, namun dalam penafsirannya (karena rumitnya), sebaiknyalah diserahkan kepada ahli-ahli saja.

Erich Formm, seorang ahli psikoanalisa yang terkenal menunjukkan beberapa sebab dan alasan, mengapa mimpi itu demikian sukarnya bagi orang umumnya untuk menginterprestasi atau menafsirkannya. Karena aturan-aturan logika yang dipergunakan berbeda. Mimpi itu nampaknya seringkali seperti tidak mempunyai arti, ganjil atau seperti yang bukan-bukan, karena mimpi itu tidak terikat pada logika dari kehidupan sehari-hari waktu bangun (waktu tidak tidur). Sebagai contoh Anda dapat bermimpi, bahwa seorang yang Anda kenal dalam mimpi, Anda lihat berubah menjadi seekor anak ayam. Dalam pengertian sehari-hari yang realistis, bukankah ini suatu kejadian yang lucu dan tidak mungkin. Tapi kalau Anda menganggap dia (orang yang menjadi ayam itu) sebagai seorang pengecut, maka barulah hal itu berarti atau bermakna terhadap emosi dan perasaan-perasaan Anda. Hal-hal seperti itulah yang berlaku dalam mimpi, bukan realitas kehidupan sehari-hari.

Mimpi itu terikat pada waktu. Kejadian-kejadian yang terjadi pada masa kanak-kanak Anda, mungkin akan timbul dan aktif dalam mimpi Anda, sedang waktu Anda bangun atau dalam kehidupan sadar sehari-hari, kejadian itu tidak dapat Anda ingat lagi. Hal-hal yang secara relative penting, mungkin berubah bentuk. Suatu gangguan kecil secara relative dengan orang lain, mungkin dapat timbul dalam suatu mimpi, bahwa orang lain itu menjadi jatuh sakit sehingga sekarang oarng itu tidak dapat lagi mengganggu Anda. Walaupun begitu, Anda mungkin tidak betul-betul marah terhadap orang itu.

Untuk mengetahui pentingnya suatu keinginan yang dinyatakan dalam suatu mimpi, Anda mestilah melihat lebih jauh ke depan. Kalau suatu tema atau pokok mimpi timbul berulang-ulang malam demi malam dan jika reaksi Anda terhadap mimpi disertai kesedihan yang luar biasa, serta jika Anda segan untuk menafsirkan atau menguraikannya, semua itu adalah indikasi-indikasi dari perasaan kuat yang tersembunyi.

Ada masanya, dimana mimpi-mimpi itu dapat member Anda suatu pengertian yang tiba-tiba. Sebagai contoh, penilaian Anda tentang orang, mungkin lebih tajam jika Anda bermimpi. Anda tidak dipengaruhi oleh opini umum atau oleh apa yang Anda piker atau anggap sebagai perasaan yang benar. Lebih jauh, mimpi itu dapat memberikan kunci petunjuk terhadap kejadian-kejadian penting yang Anda anggap tidak begitu penting saat peristiwa itu terjadi.

Fromm menunjukkan bahwa mimpi dapat menunjukkan atau membuktikan bahwa suatu kejadian kejiwaan yang nampaknya tidak berarti, tapi sering muncul dalam mimpi, sesungguhnya adalah penting sekali. Calvin Hall yang sudah menganalisa lebih dari 10.000 mimpi, menyimpulkan kesan-kesannya dengan cara-cara berikut: Waktu kita tidur, kita memikirkan juga masalah dan kesulitan-kesulitan kita, tentang ketakutan dan harapan-harapan kita. Orang yang bermimpi itu berpikir tentang dirinya sendiri, yaitu manusia atau orang macam apakah dia dan berapa jauhkah kesanggupannya untuk menghadapi dan memecahkan konflik-konflik dan kecemasan-kecemasannya. Orang yang bermimpi itu, juga memikirkan tentang orang lain yang secara intim erat berhubungan dengan kehidupannya. Bagaimana dia melihat dirinya sendiri, bagaimana orang lain melihat dirinya, dan bagaimana dia memandang dan mengartikan kehidupan ini. Inilah yang menjadi inti dan jantung dari masalah itu, dan alas an sebab mengapa mimpi-mimpi itu merupakan data-data yang penting bagi ahli-ahli psikologi.

Bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri, akan terwujud dan tergambar dalam mimpi oleh bagian dan peranan-peranan yang dimainkannya dalam mimpi itu. Mungkin dia memainkan bagian dari seorang korban atau memainkan peranan seorang aggressor atau keduanya. Mungkin dia menganggap atau mengartikan dirinya sebagai pemenang waaupun keadaan-keadaan sangat tidak baik atau menjadi yang kalah karena keadaan buruk itu. Boleh jadi dia menerima peranan dari seorang yang suci atau seorang yang jahat, seorang yang bebas dan merdeka, orang yang kikir atau dermawan. Bagaimanapun, untuk dapat membaca mimpi Anda dan mengungkapkan tabir rahasia-rahasia itu, Anda memerlukan ketajaman atau kehalusan perasaan, serta keterampilan dan keahlian.

4.Merubah Hal-Hal yang Rutin
 Kebanyakan orang cenderung menjadi buta terhadap hal-hal atau barang-barang yang terlalu dekat di sekeliling mereka. Sebelum suatu kunjungan dari orang asing yang menyentakkan Anda terhadap alam sekitar Anda dengan mata atau pandangan dari penglihatan yang baru, Anda mungkin akan tetap tidak sadar tentang kenyataan-kenyataan yang sangat jelas di muka dan di dekat Anda. Dan yang lebih penting lagi, Anda mungkin menjadi hilang dalam arus tekanan hidup sehari-hari, sehingga menjadi tidak sensitive lagi terhadap reaksi-reaksi Anda sendiri.

Anne M. Lindbergh merasakan kebutuhan ini, yaitu untuk pelepasan diri buat sementara dari tekanan dan kesibukan sehari-hari, yaitu tekanan kesibukan mengurus rumah, pertemuan dan rapat-rapat komite yang bertele-tele, dan tuntutan-tuntutan dari lima orang anaknya. Untuk menemukan kembali dirinya sendiri, dia mengambil keputusan untuk sementara memutuskan pola rutin yang menjemukannya itu. Karenanya untuk beberapa minggu, dia pergi kepantai dalam suatu alam sekitar yang baru. Bukunya yang indah memuat perasaan-perasaan yang dalam dan halus berjudul Gift from the Sea yang menggambarkan beberapa dari penemuan-penemuan yang diperolehnya selama masa beberapa minggu.

Dengan mengubah sudut pandang Anda untuk waktu sehari, akan membuka mata Anda dan akan melihat Anda sendiri dan tingkah laku Anda dalam suatu penglihatan atau warna yang baru. Semakin sering Anda keluar dari rutinitas tingkah laku dan lingkungan Anda serta melayangkan pandangan atau kehidupan ke luar, maka akan makin banyaklah penglihatan Anda serta pandangan-pandangan baru yang Anda peroleh dan jiwa Anda akan semakin segar jadinya.

5.Cross-Characterization
Dalam bukunya My Autobiography, Charlie Chaplin menceritakan suatu anekdot yang menggambarkan prinsip dari cross-characterizaton dan peranannya yang penting dalam usaha penemuan diri (self-discovering). Chaplin berada dalam suatu pesta di London yang dihadiri banyak tamu-tamu terkemuka, diantaranya Prince of Wales dari keluarga raja Inggris. Seorang dari yang hadir di pesta itu mengemukakan suatu permainan, di Amerika disebut Frank Estimation (penaksiran yang jujur).

Setiap tamu diberikan satu kartu yang didalamnya dituliskan sepuluh kualifikasi, yaitu daya tarik, intelligensi, kepribadian, sex appeal, kebagusan rupa, ketulusan hati, perasaan humor, dan penyesuaian diri. Setiap orang tamu harus mengisi dan member angka terhadap kualifikasi yang tertulis dikartu, yaitu mengenai kualifikasi tentang dirinya sendiri, mengenai penaksirannya yang jujur. Angka yang dapat diberikan untuk setiap kualifikasi adalah dari angka satu sampai angka sepuluh. Demikian juga setiap tamu yang hadir, harus member angka penilaian terhadap setiap tamu lainnya. Akan diri saya (kata Chaplin dalam buku itu), saya member angka tujuh untuk perasaan humor, enam buat sex appeal , enam untuk kebagusan rupa, delapan untuk menyesuaikan diri, dan empat untuk ketulusan hati. Masing-masing kartu yang sudah diisi dengan penilaian itu dibacakan di muka umum.

Pada saat giliran kartu isian Prince Wales tiba, terdengarlah pengumuman tentang penilaiannya sendiri, yaitu tiga untuk sex appeal, tamu-tamu lainnya menilainya rata-rata empat, saya (Chaplin) memberinya angka lima. Untuk kebagusan rupa Pangeran menilai dirinya enam, sedang tamu lainnya memberikan rata-rata delapan, sedang saya menilainya tujuh. Daya tarik, pangeran menilai dirinya lima, sedang tamu rata-rata member angka delapan, dan saya juga memberinya delapan. Untuk ketulusan hati, pangeran memberinya sampai limit tertinggi, yaitu angka sepuluh sedang tamu memberinya rata-rata tiga setengah, sedang saya sendiri member angka empat. Pangeran Nampak menjadi gusar mendengar penilaian dari tamu itu dan berkata, “Menurut pikiran dan anggapan saya, ketulusan hatilah kualifikasi terpenting yang saya miliki.”

Dari contoh di atas dapat kita lihat, betapa seringnya orang tidak objektif terhadap diri sendiri dan dapat terjadi perbedaan yang jauh, antara penilaian diri terhadap diri sendiri dengan pandangan dan penilaian orang lain.

Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan jika Anda adalah seorang pendidik.
a.Jadilah pendengar yang baik
Carl Rogers, seorang pakar di bidang psikologi pernah berkata bahwa penghalang terbesar untuk melakukan komunikasi pribadi adalah ketidaksanggupan seseorang untuk mendengarkan dengan baik, penuh pengertian dan perhatian kepada orang lain. Jika Anda diberi tugas untuk membimbing dan melatih seseorang maka hal ini merupakan salah satu hal terpenting yang harus diingat. Ketika Anda sedang berbicara dengan siswa Anda, jagalah agar Anda tidak terlalu banyak bicara, melainkan lebih banyak mendengarkan keluhan dan masukan dari siswa Anda.

Kesediaan untuk mendengar, akan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya. Dengan mendengar berarti Anda memperhatikannya, Anda mempunyai suatu perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi olehnya, dimana mungkin Anda selaku guru mempunyai alternative solusi yang dibutuhkan siswa tersebut. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman sehingga guru Anda lebih mau terbuka terhadap saran-saran yang diberikan. Selain itu, mendengarkan seseorang yang bebas berbicara tentang dirinya merupakan jalan terbaik untuk mengenal lebih jauh siapa lawan bicara kita tersebut. Meskipun demikian, mendengarkan tidak selalu berarti bahwa Anda percaya terhadap segala yang Anda dengar. Tentu saja untuk dapat menjadi pendengar yang baik dibutuhkan kesabaran dan kerendahan hati.

b.Kenali pekerjaan yang dilakukan 
Kita sering melakukan kesalahan dalam menginterprestasi dan menilai hasil kerja seseorang sebagai akibat dari suatu pandangan dan pengetahuan yang dangkal sekali tentang pekerjaan orang tersebut. Seringkali kita menjumpai seorang guru yang mengharapkan siswanya melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan kapasitasnya. Jika mengambil perumpamaan hal tersebut ibarat mengharapkan pohon mangga menghasilkan buah durian. Mustahil bukan? Akibatnya tidak sedikit yang menjadi frustasi dan bahkan tidak respect terhadap guru karena guru dinilai tidak tahu apa pekerjaan siswa sebenarnya (padahal ia seharusnya tahu).

Jika Anda adalah seorang guru maka sudah seharusnya Anda mengetahui apa yang wajib dan baik untuk dikerjakan atau diselesaikan siswa Anda. Anda juga harus dapat mengetahui secara pasti apakah siswa Anda mengerjakan tugas dengan suatu cara atau jalan yang aman yang dapat diterima oleh sekolah. Jika ternyata siswa Anda dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan cara yang dapat diterima oleh sekolah. Jika ternyata siswa Anda dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan cara-cara yang dapat diterima tapi tidak sesuai dengan cara Anda, maka sedapat mungkin biarlah iamenggunakan cara tersebut. Jangan cepat-cepat mengkritik atau memaksanya untuk melakukan menurut cara Anda.

c.Kenali siswa anda
Sebagai guru, Anda harus mengetahui kesanggupan dan bakat-bakat siswa Anda dan menolong mereka untuk menggunakan kemampuannya untuk disalurkan dalam pekerjaan. Anda juga dituntut untuk mendorong usaha-usaha perbaikan diri siswa, mengerti kebutuhan dan keinginan mereka. Sebagai contoh, Anda harus dapat membedakan apakah siswa Anda lebih tertarik pada tantangan.

d.Kenali perlombaan yang ingin anda lakukan 
Sebagai guru yang masih berada dalam semangat yang menyala-nyala untuk mendorong dan memotivasi siswa, Anda mungkin terus memacu bawahan Anda untuk melakukan sesuatu yang sesungguhnya tidak terlalu signifikan. Hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena Anda mungkin masih dalam tahap ingin menunjukkan jati diri sebagai guru yang pantas menduduki jabatan tersebut.

e.Gunakan peristiwa-peristiwa khusus
Dalam aktivitas kerja selalu saja ada kejadian-kejadian khusus yang dapat dijadikan bahan atau contoh untuk membangun semangat belajar siswa anda. Gunakan keberhasilan ataupun kegagalan tersebut sebagai bahan pembelajaran. Tunjukkan kepada siswa anda factor-faktor apa saja yang membuat sukses.dan tunjukkan jaga factor atau perilaku-perilaku apa saja yang menyebabkan kita mengalami kegagalan.

f.Berikan kesempatan
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam belajar jarang sekali berakibat fatal. Artinya dari kesekian banyak kesalahan yang mungkin dilakukan masih terdapat peluang untuk diperbaiki dan diberikan kesempatan berubah. Oleh karena itu, janganlah semata-mata memberikan hukuman kepada siswa yang kebetulan yang melakukan kesalahan, tapi tolonglah dia dan berikan kesempatan kedua untuk memperbaiki dirinya.

g.Patuhi batas-batas peran anda 
Sebagai guru, Anda harus menyadari benar kemampuan Anda, Anda tidak dapat mengubah semua hal sesuai dengan keinginan Anda. Anda harus menyadari bahwa Anda bukanlah dokter bedah otak yang dapat mengoperasi setiap orang sesuka hati, Anda juga bukanlah pendeta/kiai, bukan pula ahli psikologi yang dapat menyembuhkan berbagai masalah psikologisnya. Ingatlah bahwasanya ada tiga jalan yang fundamental unttuk mengubah seseorang, yaitu tobat keagamaan, psikoterapu dan operasi otak. Anda adalah seorang guru, janganlah memaksakan diri untuk melakukan ketiga hal tersebut. Salah-salah Anda akan menjadi korban.

E.Ayat-Ayat Allah tentang Menilai Diri
Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada pasti dapat dikenal dan hanya yang tidak ada yang tidak dapat dikenal. Karena Allah adalah zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah dapat dikenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah terlebih dahulu mengenal kepada yang disembahnya, barulah ia berbuat ibadah sebagimana sabda Nabi :
أَوَلُ الدِّيْنِ مَعْرِفَةُ اللهِ
Artinya: “Pertama sekali di dalam agama ialah mengenal Allah
Kenallah dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal  Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya”
Lalu diri mana yang wajib kita kenal? Sungguhnya diri kita terbagi dua sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman ayat 20 :
وَأَسْبَغَ عَليْكُمْ نِعَمَهُ ظَهِرَةً وَبَاطِنَة
Artinya : “Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zahir dan nikmat   bati”n.
Jadi berdasarkan ayat di atas, diri kita sesungguhnya terbagi dua:
1.Diri Zahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan dapat diraba oleh tangan.
2.Diri batin yaitu yang tidak dapat dipandang oleh mata dan tidak dapat diraba oleh tangan, tetapi dapat dirasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia.

Karena sedemikian pentingnya peran diri yang batin ini di dalam upaya untuk memperoleh pengenalan kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita disuruh melihat ke dalam diri (introspeksi diri)  sebagimana firman Allah dalam surat az-Zariat ayat 21:
وَفِى اَنْفُسِكُمْ اَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
Artinya : Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya.

Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan ke dalam dirinya disebabkan karena di dalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya sebagaimana sabda Nabi di dalam Hadis Qudsi :
بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً وَفِى الْفُؤَادِ شَغْافًا وَفِى الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبِّ سِرًّا وَفِى السِّرِّ أَنَا (الحديث القدسى)
Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak Adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati (qalbu) namanya dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan dibalik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”. (Hadis Qudsi)

Allah menciptakan dunia ini sebagai tempat pengujian, dan mereka yang meninggalkannya tanpa menjadi sadar akan melanjutkan hidup mereka selamanya antara orang-orang dari neraka. 

Seperti terungkap dalam Al Qur'an, mata dan telinga mereka telah disegel dan pemahaman mereka dihapus. Pemahaman dan kesadaran adalah seperti orang dari binatang. Dan, karena mereka begitu karena pilihan, mereka bahkan lebih rendah dari hewan: 

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raf: 179)

Hewan memiliki kesadaran tidak. Allah membandingkan orang menyadari  mereka, karena binatang-seperti ketidaksadaran mereka telah menyebabkan hati mereka mengeras. Apapun yang mereka lihat dan dengar, dan semua peringatan dan nasihat yang mereka terima, tidak mengangkat mereka keluar dari negara itu. Akibatnya, mereka tidak belajar apa-apa dari apa yang terjadi pada mereka. 

Semua orang tanpa kecuali bertanggung jawab untuk memahami dan hidup  sesuai dengan kebenaran. Tetapi jika mereka bertahan dalam ketidaksadaran mereka, mereka menjadi kurang cerdas daripada makhluk hidup lainnya dan kehilangan kualitas-kualitas yang membuat mereka manusia. Rasa, persepsi, dan pemahaman bahwa Allah memberikan kepada semua orang sehingga mereka dapat mengetahui keberadaan-Nya dan melayani-Nya tertutup bagi orang-orang yang bertekad untuk bertahan dalam ketidaksadaran: 
لَهُمُ النَّارَ وَأَنَّهُمْ مُفْرَطُونَ 
Artinya:
Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri ragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya). ( Q.S. 16:62)

Sebelumnya kita telah menyimak bagaimana orang-orang Musyrik berdasarkan pemikiran dan akidah khurafat dan menyeleweng menilai anak-anak perempuan sebagai sumber kehinaan, sementara pada saat yang sama mereka menganggap para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan menisbatkannya kepada Allah. Ayat yang baru saja kita baca ini mengatakan, "Bagaimana mungkin mereka menisbatkan kebohongan besar ini kepada Allah dan menilai dirinya sebagai yang terbaik di bandingkan lainnya?

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎
1.Apa saja yang tidak kita terima, jangan dinisbatkan kepada orang lain, apa lagi   disandarkan kepada Allah Sang Pencipta.
2.Jangan sampai menilai diri sendiri lebih dibandingkan yang lain dan jangan membayangkan bahwa nasib baik itu milik kita.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.Melihat Diri Sebenarnya
Adalah suatu anggapan popular bahwa untuk mengenal diri sendiri itu adalah suatu masalah yang sederhana, yaitu dengan mempelajarinya sedikit demi sedikit setiap hari. Sesungguhnya untuk dapat mengenal diri, tidaklah sesederhana itu. Kesukarannya terutama, karena sesungguhnya dalam diri kita masing-masing, kita cenderung untuk membangun dalam suatu jaringan pertahanan yang kuat, bertindak dan berlaku untuk melindungi ego dan perasaan harga diri kita dari orang lain, dan kadang-kadang dari diri kita sendiri.

2.Ketidaksadaran 
Jalan menuju pengenalan diri sendiri dapat dihalangi jiwa tak sadar yang banyak memengaruhi tingkah laku. Sigmun Freud, bapak psiko-analisa adalah orang yang pertama mengenal pentingnya pikiran atau jiwa tak sadar itu dalam memengaruhi dan menentukan tingkah laku. Problema nyata yang timbul karena alat – alat pengaman bekerja di bawah tak sadar secara otomatis. Anda tentu harus menjadi orang yang sangat ahli dalam hal ini. Jika Anda ingin melihat dan menjenguk ke dalam diri Anda sendiri. Betapa sering Anda mengalami dan melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan apa yang secara sadar ingin Anda perbuat.

3.Mencari Kebenaran
Usaha untuk mengerti dan untuk mengenal diri sendir, sudah sejak lama, yaitu sejak Adam dan Hawa. Kebanyakan orang, secara total tidak sadar tentang perasaan – perasaan mereka sendiri, tentang emosi, kepercayaan dan tujuan hidup mereka. Werner Wolf dari “Bard College”, pernah melakukan suatu eksperimen yang sederhana yang menunjukkan betapa sering seseorang itu merasa asing terhadap dirinya sendiri. Dalam eksperimen itu, dia menyuruh beberapa orang untuk menandai dirinya sendiri dan teman-temannya dalam suatu deretan gambar-gambar, dimana wajah-wajah dari gambar itu tidak kelihatan, disembunyikan. Rata – rata setiap orang sukar menandai dirinya sendiri dari deretan gambar – gambar itu. Anehnya dia lebih mudah untuk menemukan gambar – gambar dari kenalan-kenalannya.

4.Teknik mempelajari diri
Teknik atau metode-metode untuk mempelajari kepribadian sangat kompleks sifatnya. Untuk dapat menembus dan mengenal sampai sedalam-dalamnya, mungkin Anda perlu memanggil ahli atau “expert”. Tapi banyak dari alat-alat yang dipergunakan ahli-ahli psikologi untuk menyelidiki dan atau lebih mengenal sifat karakter seseorang itu, dapat juga dipergunakan oleh laksanawan umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. 2011
Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara. 2008
Imaroh, Mustofa Muhammad, Jawahirul Bukhory, Beirut: Daar Alkotob Al ilmiyah. 1971
Mulyasa, E, Standar  Kopetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya. 2008

1 comment: