TEORI PENDIDIKAN ISLAM
Model Albert Bandura
DI SUSUN OLEH:
SAMSUL BAHRI
20700113033
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
1.Pengertian Teori Kognitif sosial
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Bandura adalah salah satu perancang teori kognitif sosial.
Teori pembelajaran sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.”
Menurut Bandura (1986) yang mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu:
a.Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasilk, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan seseorang tidak tertarik perhatiannya.
b.Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak melakukan proses retensi atau mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain bersama-sama. Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain untuk disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir sama dan ada hubungan yang dekat.
c.Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan –kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.
d.Ulangan Penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku yang nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat untuk memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut ulangan – penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai bentuk acuan pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori ini. mereka dapat lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.
2.Teori pembelajaran sosial dalam perpektif Islam
Dalam Islam keteladanan tertinggi ada pada Nabi Muhammad saw., dialah yang menjadi panutan dan suri teladan bagi kaum muslimin seluruhnya. Segala sikap dan tingkah laku kaum muslimin pastilah harus mengikuti sikap dan perilaku beliau, maka mengikuti apa-apa yang datang dari Nabi saw. adalah termasuk ibadah dan mengandung pahala. Hal ini tidak lain karena Allah telah menetapkan agar Rasul-Nya selalu menjadi contoh yang baik dan karena Allahlah yang telah mendidiknya dengan didikan yang sebaik-baiknya.
21.Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Pakar psikologi asal Amerika, Albert Bandura, telah mengemukakan teori yang menyangkut hal ini, yang disebut dengan teori belajar sosial (social learning theory), menurut teori ini, anak belajar dengan melakukan modeling (meniru) pada perilaku orang tuanya. Sebagai contoh, seorang anak laki-laki kecil mungkin mengamati ledakan amarah dan sikap permusuhan ayahnya yang agresif dengan orang lain, ketika diamati bersama-sama dengan teman-teman sebayanya, gaya berinteraksi anak laki-laki kecil tadi sangat agresif, memperlihatkan perilaku yang sama dengan yang ditunjukkan oleh ayahnya.
Bagaimana pun perilaku orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anak. Hal ini karena anak dalam perkembangan hidupnya selalu belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain, dalam hal ini yang paling penting adalah orang tua. Melalui cara belajar mengamati (juga disebut “modeling” atau “imitasi / imitation”), anak dengan kemampuan kognitif mereka mengamati perilaku orang lain dan kemudian mengadopsi perilaku itu ke dalam dirinya.
Mengapa anak termotivasi untuk meniru perilaku orang tua mereka? Hal ini karena anak-anak mengharapkan, baik secara sadar maupun tidak sadar untuk dapat memperoleh dan mempertahankan afeksi (cinta dan kasih sayang) dari orang tua mereka dan menghindari hukuman (punishment) dengan berperilaku seperti orang tua mereka.
Dengan demikian keteladanan menjadi sarana pendidikan yang lebih efektif dari sekadar kata-kata perintah kepada anak-anak tanpa adanya contoh nyata dari orang tua. Karena kata-kata perintah tanpa adanya contoh nyata adalah sama dengan omong kosong. Orang tua yang selalu memerintahkan untuk membaca buku, tetapi mereka sendiri dalam kesehariannya tidak sedikit pun memegang, apalagi membaca buku, bukannya membuat anak gemar membaca, melainkan yang terjadi adalah kekecewaan anak terhadap perilaku orang tuanya. Padahal, dengan selalu membaca buku di depan anak-anak, cukuplah membuat anak-anak gemar membaca tanpa harus ada perintah dari orang tua.
3.Kekurangan dan kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Ada beberapa kelemahan dan kelebihan Teori belajar sosial Albert Bandura yaitu sebagai berikut:
a.Kelemahan
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
b. Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Bandura adalah salah satu perancang teori kognitif sosial.
Teori pembelajaran sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Orang belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.”
Menurut Bandura (1986) yang mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu:
a.Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasilk, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan seseorang tidak tertarik perhatiannya.
b.Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak melakukan proses retensi atau mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain bersama-sama. Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain untuk disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir sama dan ada hubungan yang dekat.
c.Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan –kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.
d.Ulangan Penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku yang nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat untuk memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut ulangan – penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai bentuk acuan pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori ini. mereka dapat lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.
2.Teori pembelajaran sosial dalam perpektif Islam
Dalam Islam keteladanan tertinggi ada pada Nabi Muhammad saw., dialah yang menjadi panutan dan suri teladan bagi kaum muslimin seluruhnya. Segala sikap dan tingkah laku kaum muslimin pastilah harus mengikuti sikap dan perilaku beliau, maka mengikuti apa-apa yang datang dari Nabi saw. adalah termasuk ibadah dan mengandung pahala. Hal ini tidak lain karena Allah telah menetapkan agar Rasul-Nya selalu menjadi contoh yang baik dan karena Allahlah yang telah mendidiknya dengan didikan yang sebaik-baiknya.
21.Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Pakar psikologi asal Amerika, Albert Bandura, telah mengemukakan teori yang menyangkut hal ini, yang disebut dengan teori belajar sosial (social learning theory), menurut teori ini, anak belajar dengan melakukan modeling (meniru) pada perilaku orang tuanya. Sebagai contoh, seorang anak laki-laki kecil mungkin mengamati ledakan amarah dan sikap permusuhan ayahnya yang agresif dengan orang lain, ketika diamati bersama-sama dengan teman-teman sebayanya, gaya berinteraksi anak laki-laki kecil tadi sangat agresif, memperlihatkan perilaku yang sama dengan yang ditunjukkan oleh ayahnya.
Bagaimana pun perilaku orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anak. Hal ini karena anak dalam perkembangan hidupnya selalu belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain, dalam hal ini yang paling penting adalah orang tua. Melalui cara belajar mengamati (juga disebut “modeling” atau “imitasi / imitation”), anak dengan kemampuan kognitif mereka mengamati perilaku orang lain dan kemudian mengadopsi perilaku itu ke dalam dirinya.
Mengapa anak termotivasi untuk meniru perilaku orang tua mereka? Hal ini karena anak-anak mengharapkan, baik secara sadar maupun tidak sadar untuk dapat memperoleh dan mempertahankan afeksi (cinta dan kasih sayang) dari orang tua mereka dan menghindari hukuman (punishment) dengan berperilaku seperti orang tua mereka.
Dengan demikian keteladanan menjadi sarana pendidikan yang lebih efektif dari sekadar kata-kata perintah kepada anak-anak tanpa adanya contoh nyata dari orang tua. Karena kata-kata perintah tanpa adanya contoh nyata adalah sama dengan omong kosong. Orang tua yang selalu memerintahkan untuk membaca buku, tetapi mereka sendiri dalam kesehariannya tidak sedikit pun memegang, apalagi membaca buku, bukannya membuat anak gemar membaca, melainkan yang terjadi adalah kekecewaan anak terhadap perilaku orang tuanya. Padahal, dengan selalu membaca buku di depan anak-anak, cukuplah membuat anak-anak gemar membaca tanpa harus ada perintah dari orang tua.
3.Kekurangan dan kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Ada beberapa kelemahan dan kelebihan Teori belajar sosial Albert Bandura yaitu sebagai berikut:
a.Kelemahan
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
b. Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
No comments:
Post a Comment